This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

Kamis, 23 Juni 2016

Pelaksanaan Kurikulum Nasional

Kemendikbud akan mengganti menghapus Kurikulum 2013 (K13) dengan Kurikulum Nasional. Rencana penghapusan K13 menjadi Kurikulum Nasional ini akan mulai dilaksanakan dan berlaku di tahun 2018.

Pergantian kurikulum sekolah ini memang kerapkali terjadi di Indonesia ini. Dan juga kurikulum pendidikan yang pernah diterapkan di bangsa kita ini. 

Tujuan manfaat kurikulum pendidikan salah satunya adalah merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pendidikan. 

Kurikulum dapat (paling tidak sedikit) meramalkan hasil pendidikan/pengajaran yang diharapkan karena ia menunjukkan apa yang harus dipelajari dan kegiatan apa yang harus dialami oleh peserta didik.

Pelaksanaan Kurikulum Nasional

Diantara jenis macam kurikulum sekolah dan pendidikan yang sekarang sedang berjalan adalah Kurikulum Berbasis Kompetensi dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) serta juga Kurikulum 2013.

Perubahan Kurikulum Nasional Kurikulum KTSP Kurikulum 2013

Mendikbud Anies Baswedan berencana meluncurkan kurikulum bernama Kurikulum Nasional. Mendikbud sebelumnya, Mohammad Nuh membuat Kurikulum 2013 (K-13).

Informasi yang berkembang di internal Kemendikbud kian santer. Namanya hanya Kurikulum Nasional begitu saja. Tidak ada embel-embel tahunnya. Dengan adanya Kurikulum Nasional ini, maka K-13 bakal dikupas menjadi tiga bagian atau jenis. 

Yaitu Kurikulum Nasional, kurikulum berbasis pengembangan atau potensi daerah, dan kurikulum paling kecil mencakup kekhasan atau kondisi masing-masing sekolah seperti informasi yang dilansir dari JPNN dengan judul pemberitaan kurikulum diubah lagi.

Sebelumnya juga beredar informasi pemberitaan terkait dengan Kurikulum 2013 Diganti KTSP Sampai Tahun 2020.

Masa berlaku kurikulum 2006 KTSP pengganti Kurikulum 2013 (K13) adalah sampai dengan tahun pelajaran 2019/2020 demikian yang tercantum di dalam Permendikbud No 160/2014 yang berisikan hal terkait dengan penghentian implementasi K-13 dan pengembalian penerapan Kurikulum 2006.

Batas maksimal pergantian dari Kurikulum 2006 atau menjadi Kurikulum 2013 (K-13) sampai 2020. Meskipun demikian, sekolah yang sudah siap menjalankan K-13, tidak perlu menunggu sampai 2020. Demikian diungkapkan oleh Hamid Muhammad selaku Dirjen Pendidikan Dasar (Dikdas) Kemendikbud diakhir tahun 2014 yang lalu.

Hal tersebut berdasarkan pada Permendikbud Nomor 160 Tahun 2014 Tentang Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum 2013 salah satu isi pasalnya adalah bahwa Satuan pendidikan dasar dan pendidikan menengah yang melaksanakan Kurikulum 2013 sejak semester pertama tahun pelajaran 2014/2015 kembali melaksanakan Kurikulum Tahun 2006 KTSP mulai semester kedua tahun pelajaran 2014/2015


sampai ada ketetapan dari Kementerian untuk melaksanakan Kurikulum 2013.

Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan (Puskurbuk) Kemendikbud Tjipto Sumardi mengatakan sampai saat ini evaluasi masih berjalan.

"Namanya tetap Kurikulum 2013," katanya dilansir dari jpnn. Meskipun begitu dia tidak menampik bahwa kurikulum yang baru nanti harus diversifikasi (beraneka ragam). 

Yaitu Kurikulum Nasional, kurikulum berbasis daerah masing-masing, dan kurikulum sekolah. Diversifikasi kurikulum ini sejalan dengan pasal 36 dan 37 UU 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Meskipun nantinya kurikulum beranekaragam, Tjipto mengatakan harus dirancang dengan model yang ramping.

"Ke depan kita akan mengundang pakar-pakar dan praktisi pendidikan untuk memberikan arahan," jelasnya. Tujuannya supaya beban belajar peserta didik terbebani mata pelajaran yang semakin berat. Dia menargetkan meskipun kurikulum beragam, tidak sampai menambah jam belajar per pekannya.

Terkait dengan revisi K-13 yang belum tuntas, Tjipto mengatakan sudah ada perkembangan bagus. Seperti tim evaluasi sudah merampungkan pembahasan kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD).

Dua kompetensi ini sempat diributkan di dalam implementasi K-13. Sebab banyak guru kerepotan ketika, misalnya, harus menyisipkan materi-materi keagamaan atau sosial di mata pelajaran matematika, fisika, dan lainnya. 

Dan ini adalah salah satu dari sekian Persoalan Masalah Pada Kurikulum 2013 (K13) baik yang dirasakan oleh guru maupun murid dan siswa.

termasuk juga pelaksanaan Kurikulum 2013 diwarnai permasalahan demi permasalahan seperti kacaunya distribusi buku ajar, belum pahamnya guru menerapkan Kurikulum 2013 dan lain sebagainya.

Dengan perkembangan terkini, Tjipto mengatakan evaluasi K-13 bisa rampung Januari tahun depan. Dia memakai patokan arahan Mendikbud Anies Baswedan bahwa hasil evaluasi K-13 harus bisa diterapkan di tahun pelajaran 2016-2017 tahun depan. 

Meskipun dalam beberapa kesempatan sebelumnya, Kemendikbud sempat memasang target evaluasi K-13 selesai akhir 2015 ini.

Pengamat pendidikan Doni Koesoema mengatakan sangat disayangkan jika kurikulum hanya ganti nama tanpa memperbaiki kelemahan fundamentalnya. "Ganti nama tanpa mengubah substansi tidak ada artinya," katanya. Secara rinci dia mengatakan Kemendikbud belum membocorkan hasil evaluasi K-13.

Kalau mau membuat Kurikulum Nasional, Doni mengatakan harus dirancang secara matang. Baik itu secara struktur kurikulum, mata pelajaran, maupun isi di dalam kurikulum harus relevan bagi seluruh anak di Indonesia.

Kurikulum level nasional itu, cukup hanya mengatur hal-hal terkait kepentingan nasional saja. "Kemudian Kemendikbud juga harus ikut dalam pembahasan kurikulum level daerah, supaya bisa seimbang kepentingan nasional dan daerah atau lokalnya," tuturnya.

Kepastian akan pengganti kurikulum 2013 menjadi Kurikulum Nasional disinggung oleh Unifah Rosyidi, selaku Dirjen Ketenagaan Pendidkan, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Yaitu pada tahun 2018 Kurikulum 2013 akan diganti dengan Kurikulum Nasional dengan terlebih dahulu seluruh sekolah telah menggunakan kurikulum 2013 dalam proses belajar mengajar.


Sumber:
http://tinoberita.blogspot.co.id/2015/12/pelaksanaan-kurikulum-nasional.html

Senin, 20 Juni 2016

INDONESIA BLOGGER

Minggu, 12 Juni 2016

Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD

Salah satu keterampilan yang diharapkan dimiliki oleh siswa dari sekolah dasar ini adalah keterampilan berbahasa yang baik, karena bahasa merupakan modal terpenting bagi mausia. Dalam pengajaran bahasa Indonesia, ada empat keterampilan berbahasa yang harus dimiliki olesh siswa, keterampilan ini, antara lain: mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek ini saling terkait antara satu dengan yang lainnya. Bagaimana seorang anak akan bisa menceritakan seauatu setelah ia membaca ataupun setelah ia mendengarkan. Begitupun dengan menulis. Menulis tidak lepas dari kemampuan menyimak, membaca dan berbicara anak, sehingga keempat aspek ini harus senantiasa diperhatikan untuk meningkatkan kemampuan siswa.

Pembelajaran bahasa Indonesia, terutama di sekolah dasar tidak akan terlepas dari empat ketrampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Kemampuan berbahasa bagi manusia sangat diperlukan. Sebagai makhluk sosial, manusia berinteraksi, berkomunikasi dengan manusia lain dengan menggunakan bahasa sebagai media, baik berkomunikasi menggunakan bahasa lisan, juga berkomunikasi menggunakan bahasa tulisan. Keterampilan berbahasa yang dilakukan manusia yang berupa menyimak, berbicara, membaca dan menulis yang dimodali dengan kekayaan kosakata, yaitu aktivitas intelektual, karya otak manusia yang berpendidikan. Kita mengetahui kemampuan manusia berbahasa bukanlan instinct, tidak dibawa anak sejak lahir, melainkan manusia dapat belajar bahasa sampai terampil berbahasa, mampu berbahasa untuk kebutuhan berkomunikasi.

Kemampuan berbahasa lisan meliputi kemampuan berbicara dan menyimak sedangkan kemampuan bahasa tulisan meliputi kemampuan membaca dan menulis. Pada saat manusia berkomunikasi secara lisan, maka ide-ide, pikiran, gagasan, dan perasan dituangkan dalam bentuk kata dengan tujuan untuk dipahami oleh lawan bicaranya. Demikian pula pada saat anak memasuki usia TK (taman kanak-kanak) mereka dapat berkomunikasi dengan sesamanya dalam kalimat berita, kalimat tanya, kalimat majemuk, dan berbagai bentuk kalimat lainnya. Pada usia ini, anak dianggap telah memiliki kosakata yang cukup untuk mengungkapkan yang dipikirkan, dn dirasakannya. Mereka lebih mengungkapkan dalam bentuk lisan dibandingkan tulisan. Pola bahasa yang digunakannya masih merupakan tiruan bahasa orang dewasa.

Ketika anak memasuki sekolah dasar, anak-anak akan terkondisikan untuk mempelajari bahasa tulis. Pada masa ini, anak dituntut untuk berfikir lebih dalam lagi kemampuan berbahasa anak pun mengalami perkembangan.

Menulis sebagai ketrampilan seseorang (individu) mengomunikasikan pesan dalam sebuah tulisan. Keterampilan ini berkaitan dengan kegiatan seseorang dalam memilih, memilah, dan menyusun pesan untuk ditransaksikan melalui bahasa tulis. Menurut Cahyani dan Hodijak (2007), pesan yang ditransaksikan itu dapat berupa wujud ide (gagasan), kemampuan, keinginan, perasaan, atau informasi. Selanjutnya, pesan tersebut dapat menjadi isi sebuah tulisan yang ditransaksikan kepada pembaca. Melalui sebuah tulisan, pembaca dapat memahami pesan yang ditransaksikan serta tujuan penulisan.

Anak-anak TK yang berusia sekitar lima sampai enam tahun memiliki kemampuan dalam menghasilkan cerita. Pada usia ini, sebaiknya kemampuan bercerita anak diasah agar mereka dapat dengan leluasa mengungkapkan pikiran dan perasaannya terungkap dalam bentuk cerita. Cerita yang diungkapkan masih kurang jelas karena plotnya yang tidak runut. Pada umumnya, yang mereka hasilkan adalah cerita yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, misalnya lingkungan tempat mereka tinggal.

Pada saat anak-anak memasuki usia tujuh tahun, anak dapat membuat cerita yang lebih teratur. Mereka dapat menyusun cerita dengan cara mengemukan masalah, rencana pemecahan masalah, dan menyelesaikan masalah. Adapun pada saat anak-anak memasuki kelas dua sekolah dasar diharapkan anak-anak dapat bercerita.

Pembelajaran Agama di SD

Pendidikan agama secara umum adalah upaya untuk menjadikan manusia mampu untuk mewujudkan tujuan penciptaanya. Manusia diciptakan agar mereka mengetahui hakikat Tuhannya, mengesakan , memurnikan ibadah kepada Tuhannya, dan mau menghambakan diri dengan menjalankan seluruh perintah dan menjauhi semua larangannya. Dalam pendidikan agama Islam misalnya, dijelaskan bahwa mata pelajaran pendidikan agama ini adalah agar siswa memahami, menghayati, meyakini, dan mengamalkan ajaran Islam sehingga menjadi manusia Muslim yang beriman, bertakwa kepada Allah SWT, dan berakhlak mulia.


Tujuan pendidikan agama Islam tersebut dicapai melalui materi-materi yang dipadatkan ke dalam lima unsur pokok, yaitu: Al-Qur’an, keimanan, akhlak, fikih, dan bimbingan ibadah, serta tarikh atau sejarah yang lebih menekankan pada perkembangan ajaran agama, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. Pemberian materi ini diharapkan dapat memberikan kemampuan-kemampuan dasar yang harus dimiliki lulusan sekolah dasar, yaitu memiliki landasan iman yang benar, yang diukur deengan indikator-indikator:;

  1. Siswa mampu melaksanakan atau menjalankan kehidupan beribadah
  2. Siswa mengenal kitab suci sesuai dengan umur anak
  3. Siswa mampu membiasakan adab sopan santun yang baik sesuai dengan ajaran agama
  4. Siswa memiliki pemahaman tentang kehidupan para nabi/rasul terutama masa kecil
  5. Siswa mengenal cara memaca kitab suci dalam bahasa asli dan memahami pengertian-pengertiannya dalam bagian tertentu.


Banyak metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran agama Islam, yang hamper tidak berbeda jauh dengan metode-metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran mata pelajaran lainnya. Namun yang lebih spesifik dalam pembelajaran agama islam menurut Abdurrahman Saleh (1969), meliputi: metode ceramah, tanya jawab, diskusi demonstrasi, soisodrama, dan pemberian tugas.

Banyak atau beragamnya metode dalam pembelajaran agama ini karena akan sangat tergantung pada kekhususan-kekhususan yang ada pada masing-masing bahan/materi pelajaran, baik sifat maupu tujuan, maka diperlukan metode-metode yang berlainan. Selain itu, perbedaan latar belakang individual anak, baik latar belakang kehidupan, tingkat usianya maupun tingkat kemampuan berfikirnya, perbedaan situasi dan kondisi di mana pendidikan berlangsung, dan perbedaan pribadi dan kemampuan dari para pendidik masing-masing juga dapat menjadi factor penyebab banyaknya metode yang digunakan.

Metode dan teknik pembelajaran agama secara teoritis tidak memiliki perbedaan yang mendasar dengan metode dan teknik pembelajaran secara umum. Walaupun demikian, pembelajaran agama memiliki perbedaan atau kekhasan dalam penggunaan metode dan teknik pembelajarannya karena ajaran agama tidak hanya harus dipahami secara teoritis tetapi harus ditindaklanjuti dengan pengamalan yang membutuhkan contoh baik dalam tata cara maupun suri tauladan.

Para pakar pendidikan berbeda pendapat dalam menetapkan metode dan teknik pembelajaran, termasuk pembelajaran agama. Menurut Sadali dkk. (1997), metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran agama islam, yaiut: metode diakronis, sinkronis-analitis, pemecahan masalah, empiris, dan aneka sumber.

Guru sebagai ujung tombak dalam pembelajaran tidak dapat dipilih begitu saja. Guru harus mempunyai kriteria-kriteria tertentu sebagaimana yang diungkapkan oleh Zainu (1997), yaitu : pertama, harus cakap dalam bidangnya (professional), kreatif dalam pengajarannya, senang dengan pekerjaannya, cinta kepada peserta didiknya, mencurahkan segenap kemampuannya untuk mengarahkan peserta didik dengan tarbiyah (pendidikan) yang baik, membekali mereka dengan pengetahuan-pengetahuan yang bermanfaat, mengajarkan kepada mereka akhlak-akhlak mulia dan berusaha keras menjauhkan mereka dari kebiasaan-kebiasaan yang buruk.

Kedua, guru agama harus menjadi qudwah (uswah atau suri teladan) yang baik bagi orang lain, baik tutur kata,perbuatan, dan perilakunya. Ketiga, guru harus mengerjakan hal-hal yang ia perintahkan kepada peserta didiknya, jangan sampai perkataanya tidak sesuai dengan perbuatannya. Keempat, seorang guru mengaetahui bahwa pekerjaanya merupakan penerus pekerjaan nabi yang diutus Allah untuk memberikan petunjuk kepada manusia, mendidik, dan mengenalkan mereka kepada penciptanya.

Pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan di SD

Pendidikan seni budaya dan keterampilan (SBK) pada dasarnya merupakan pendidikan seni yang berbasis budaya yang aspek-aspeknya, meliputi: seni rupa, seni musik, seni tari dan ketrampilan. Pendidikan kesenian sebagimana yang dinyatakan oleh Ki Hajar Dewantara dalam Bastomi (1993) merupakan salah satu faktor penentu dalam membentuk kepribadian anak. Pendidikan seni di sekolah, dapat dijadikan sebagai dasar pendidikan dalam membentuk jiwa, kepribadian, berakhlak mulia. Pendidikan seni budaya dan keterampilan sebagai mata pelajaran di sekolah sangat penitng keberadaannya karena pendidikan ini memliki sifat multilingual, multidimensional, dan multikultural.

Dalam pembelajaran SBK diperlukan pemilihan metode pembelajaran yang metode pembelajaran yang tepat karena akan berdampak terhadap efektivitas pencapaian kompetensi pembelajaran yang tealh ditetapkan. Dalam pembelajaran ini gabungan dari pembelajaran yang dilakukan menekankan pada pemberian pengalaman kepada siswa. Ketersediaan sarana pembelajaran juga sangat diperlukan guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran.

Pendidikan SBK memiliki  peranan dalam pembentukan pribadi peserta didik yang harmonis dengan memerhatikan kebutuhan perkembangan anak dalam mencapai multi-kecerdasan yang terdiri atas kecerdasan intrapersonal, kecerdasan interpersonal, visual, spasial, moral, emosional, musical, logik, kinestetik, linguistik, matematis, dan kecerdasan naturalis. Dalam bidang seni dan ketrampilan, aktivitas berkesenian harus menampung kekhasan tersebut yang tertuang dalam pemberian pengalaman pengembangan konsepsi, apresiasi, dan kreasi. Semua ini diperoleh melalui upaya eksplorasi elemen, prinsip, proses, dan teknik berkarya dalam konteks budaya masyarakat yang beragam.

Di antara keempat bidang seni yang ditawarkan, minimal diajarkan satu bidang seni sesuai dengan kemampuan sumber daya manusia serta fasilitas yang tersedia. Pada sekolah yang mampu menyelenggarakan pembelajaran lebih dari satu bidang seni, peserta didik diberi kesempatan untuk memilih bidang seni yang akan diikutinya. Pada tingkat sekolah dasar, mata pelajaran ketrampilan ditekankan pada ketrampilan vokasional, khususnya kerajinan tangan.


Ada beberapa sarana pendukung yang diperlukan guru dalam pelaksanaan pembelajaran seni musik, seperti: ruang praktik musik dan perlengkapan elektronik. Ketersediaan sarana pembelajaran tersebut berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa banyak sekolah yang tidak memiliki ruang khusus pembelajaran seni musik.

Kamis, 09 Juni 2016

Pendidikan Kewarganegaraan di SD

Komitmen yang kuat dan konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan salam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, perlu ditingkatkan terus menerus untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang NKRI. Konstitusi Negara Republik Indonesia perlu ditanamkan kepada seluruh komponen bangsa Indonesia, khususnya generasi muda sebagai generasi penerus.

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka secara otomatis pola piker masyarakat berkembang dalams setiap aspek. Hal ini sangat berpengaruh besar terutama dalam dunia pendidikan yang menuntut adanya inovasi baru yang dapat menimbulkan perubahan, secara kualitatif yang berbeda dengan sebelumnya. Tanggung jawab melaksanakan evaluasi di antaranya terletak pada penyelenggaraan pendidikan di sekolah, di mana guru memegang pernana utama dan bertanggung jawab menyebarluaskan gagasan baru, baik terhadap siswa maupun masyarakat melalui proses pengajaran dalam kelas.



Kenyataan tersebut di atas belum sepenuhnya diapahami kelangan pendidikan, khususnya guru sekolah. Proses pembelajaran di kelas sangat membosankan dan membuat peserta didik tertekan. Hal ini juga terjadi pda mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan (PKn). Mata pelajaran PKn ini merupakan suatu mata pelajaran yang bertujuan untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berlandaskan pada Pancasila, Undang-undang, dan norma-norma yang berlalu di masyarakat masih belum optimal disampaikan ke siswa.

Pembelajaran PKn di sekolah dasar dimaksudkan sebagai suatu proses belajar mengajar dalam rangka membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik dan membentuk manusia Indonesia seutuhnya dalam pembentukan karakter bangsa yang diharapkan mengarah pada penciptaan suatu masyarakat yang menempatkan demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang berlandaskan pada Pancasila, UUD, dan norma-norma yang berlaku di masyarakat yang diselenggarakan selama enam tahun.

Esensi pembelajarn PKn bagi anak adalah bahwa secara kodrati maupun sosiokultural dan yuridis formal, keberadaan dan kehidupan manusia selalu membutuhkan nilai, normal, dan norma. Dalam kehiduoannya, manusia memiliki keinginan, kehendak dan kemauan yang berbeda untuk selalu membina, mempertahankan, mengembangkan dan meningkatkan aneka potensinya berikut segala perangkat pendukungnya, sehingga mereka dapat mengarahkan dan mengendalikan dunia kehidupan ini baik secara fisik maupun nonfisik kea rah yang lebih baik dan bermakna.

Namun sangat disayangkan bahwa dalam aplikasinya, pelajaran PKn ini kurang banyak diminati dan dikaji dalam dunia pendidikan dan persekolahan karena kebanyakan lembaga pendidikan formal dominan pada penyajian materi yag bersifat kognitif dan psikomotorik belaka kurang menyentuh pada aspek afektif. Hal ini bukan karena tidak disadari esensinya, melainkan karena ketidakpahaman para pengajar. Padahal, bagi guru professional, dituntut untuk membrikan pembinaan keutuhan diri peserta didik agar tidak terjerumus pada erosi nilai moral, serta menjadi penyebab dehumanisasi, yang pada akhirnya manusia menjadi arogan, egois, dan individualistis, materalistis, sekuler, dan bahkan bersombong diri pada penciptanya.

Memerhatikan uraian di atas, maka jelaslah bahwa pembelajaran PKn ini pada intinya harus diajarkan tidak hanya mentransfer ilmunya saja, tetapi harus sampai pada tahap operasional sesuai dengan peran peserta didik saat ini dna di masa mendatang. Dengan demikian, pembelajaran PKn ini bukan hanya dalam bentuk konsep belaka sehingga kurang fungsional atau tidak muncul sebagai jati diri dan acuan perilaku praktis. Celakanya, pendidikan PKn malah menjadi “pelajaran hafalan” daja. Jadi pendidikan PKn yang secara paradigmatik sarat dengan muatan afektif  namun dilaksanakn secara kognitif. Kendala lainnya yaitu pendidikan di Indonesia dihadapkan pada berbagai persoalan dan situasi global yang berkembang cepat setiap waktu.


Diringkas dari buku TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN 

Karya Drs. Ahmad Susanto, M.Pd


Pembelajaran Matematika di SD

Matematika merupakan salah satu bidang studi yang ada pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Bahkan matematika diajarkan di taman kanak-kanak secara informal.

Kata matematika berasal  dari bahasa latin, manthanein atau mathema yang berarti “belajar atau hal yang dipelajari,” sedang dalam bahasa Belanda, matematika diebut wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran. Matematika memiliki bahasa dan aturan yang terdefinisi dengan baik, penalaran yang jelas dan sistematis, dan struktur atau keterkaitan antar konsep yang kuat. Unsur utama pekerjaan matematika adalah penalaran deduktif yang bekerja atas dasar asumsi (kebenarankonsistensi). Selain itu, matematika juga bekerja melalui penalaran induktif yang didasarkan fakta dan gejala yang muncul untuk sampai pada perkiraan tertentu. Tetapi, perkiraan ini, tetap harus dibuktikan secara deduktif, dengan argumen yang konsisten.



Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir dan beragumentasi, memberikan konstribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja, serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kebutuhan akan aplikasi matematika saat ini dan masa depan tidak hanya untuk keperluan sehari-hari, tetapi terutama dalam dunia kerja, dan untuk mendukung perkembangan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, matematika sebagai ilmu dasar pelru dikuasai dengan baik oleh siswa, terutama sejak usia sekolah dasar.

Namun dalam kenyataannya yang ada sekarang, puenguasaan matematika, baik oleh siswa sekolah dasar (SD) maupun siswa sekolah menengah (SMP dan SMA), selalu menjadi permasalahan besar. Hal ini terbukti dari hasil ujian nasional (UN) yang diselenggarakan memperlihatkan rendahnya persentase kelulusan siswa dalam ujian tersebut, baik yang diselenggarakan di tingkat pusat maupun di daerah. Pada umumnya, yang menjadi faktor penyebab ketidaklulusan siswa dalam ujian nasional ini adalah rendahnya kemampuan siswa dalam materi pelajaran matematika.

Pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengambangkan kreativitas berfikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa serta dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasa yang baik terhadap materi matematika.
Pembelajaran matematika merupakan suatu proses belajar mengajar yang mengandung dua jenis kegiatan yang tidak terpisahkan. Kegiatan tersebut adalah belajar dan mengajar. Kedua aspek in akan berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu kegiatan pada saat terjadi interaksi antara siswa dnegan guru, antara siswa dengan siswa, dan antara siswa dengan lingkungan di saat pembelajaran matematika sedang berlangsung.

Guru menempati posisi kunci dalam mencipatakan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan untuk mengarahkan siswa mencapai tujuan secara optimal, serta guru harus mampu menenmpatkan dirinya secara dinamis dan flesibel sebagai informan, transformer, organizer, serta evaluator bagi terwujudnya kegiatan belajar siswa yang dinamis dan inovatif. Sementara siswa dalam memperoleh pengetahuannya tidak menerima secara pasif, pengetahuan dibangun oleh siswa itu sendiri secara aktif. Sejalan dengan pendapat Piaget bahwa pengetahuan diperoleh siswa dari suatu kegiatan yang dilakukan siswa, bukan sesuatu yang dilakukan terhadap siswa. siswa tidak menerima pengetahuan dari guru atau kurikulum secara pasif. Siswa mengaktifkan struktur kognitif dan membangun struktur-struktur baru untuk mengakomodasi masukan-masukan pengetahuan yang baru. Jadi, penyusunan pengetahuan yang terus-menerus menempatkan siswa sebagai peserta yang aktif.

Dalam proses pembelajaran matematika, baik guru maupun siswa bersama-sama menjadi pelaku terlaksananya tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran ini akan mencapai hasil yang maksimal apabila pembelajaran berjalan secara efektif. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang mampu melibatkan seluruh siswa secara aktif.


Diringkas dari buku TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN 

Karya Drs. Ahmad Susanto, M.Pd

Rabu, 08 Juni 2016

PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DI SEKOLAH DASAR

Ilmu pengetahuan alam, yang sering disebut juga dengan istilah pendidikan sains, disingkat menjadi IPA. IPA merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang sekolah dasar. Mata pelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang selama ini dianggap mata pelajaran yang sulit oleh sebagian besar peserta didik, dimulai dari jenjang sekolah dasar sampai sekolah menengah. Anggapan sebagaian besar peserta didik yang menyatakan bahwa pelajaran IPA ini sulit adalah benar terbukti dari hasil peroleha Ujian Akhir Sekolah (UAS) yang dilaporkan oleh Depdiknas masih sangat jauh dari standar yang diharapkan. Ironisnya, justru semaki tinggi jenjang pendidikan, maka perolehan rata-rata nilai UAS pendidikan IPA ini menjadi semakin rendah.

Dalam proses belajar mengajar, kebanyakan guru hanya terpaku pada buku teks sebagai satu-satunya sumber belajar mengajar. Hal lain yang menjadi kelemahan dalam pembelajaran IPA adalah masalah teknik penilaian pembelajaran yang tidak akurat dan menyeluruh. Proses penilaian yang dilakukan selama ini  semata-mata hanya menekankan pada penguasaan konsep yang dijaring dengan tes tulis objektif dan subjektif sebagai alat ukurnya. Dengan cara penilaian seperti ini, berarti pengujian yang dilakukan oleh guru baru mengukur penguasaan materi saja dan itupun hanya meliputi ranah kognitif tingkat rendah. Keadaan semacam ini merupakan salah satu indikasi adanya kelemahan pembelajaran di sekolah.

Penyebab utama kelemahan pembelajaran tersebut adalah karena kebanyakan guru tidak melakukan kegiatan pembelajaran dengan memfokuskan pada pengembangan ketrampilan proses sains anak. Pada akhirnya, keadaan semacam ini yang menyebabkan kegiatan pembelajaran dilakukan hanya terpusat pada penyampaian materi dalam buku teks saja. Keadaan seperti ini juga mendorong siswa untuk berusaha menghafal pada setiap kali akan diadakan tes atau ulangan harian atau hasil tes belajar, baik ulangan tengah semester (UTS) maupun ulangan akhir semester (UAS).

Dari uraian hakikat IPA di atas, dapat dipahami bahwa pembelajaran sanis merupakan pembelajaran berdasarkan pada prinsip-prinsip, proses yang mana yang dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa terhadap konsep-konsep IPA. Oleh karena itu, pembelajaran IPA di sekolah dasar dilakukan dengan penyelidikan sederhana dan bukan hafalan terhadap kumpulan konsep IPA. Dengan kegiatan-kegiatan tersebut, pembelajaran IPA akan mendapatkan pengalaman langsung melalui pengamatan, diskusi dan penyelidikan sederhana. Pembelajaran yang demikian akan dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa yang diindikasikan dengan merumuskan masalah, menarik kesimpulan, sehingga berpikir kritis melalui pembelajaran IPA.

Banyak hasil penelitian yang menjadi bukti bahwa keunggulan inkuiri sebagai model dan strategi pembelajaran, akan tetapi masih banyak guru yang merasa keberatan atau tidak mau melaksanakan model pembelajaran inkuiri. Padahal model pembelajaran inkuiri dianggap sebagai model yang paling pas dalam pembelajaran sains ini.

Pembelajaran inkuiri yang mensyaratkan keterlibatan siswa aktif terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar dan sikap anak terhadap sains. Metode inkuiri dapat membantu perkembangan, antara lain: literasi sains dan pemahaman proses-proses ilmiah. Pengetahuan perbendaharaan kata, pemahaman konsep, berpikir kritis, dan bersikap positif. Dapat disimpulkan bahwa metode inkuiri tidak saja meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep dalam sains saja, melainkan juga membentuk sikap keilmiahan pada siswa. Inkuiri merupakan tingkah laku yang terlibat dalam usaha manusia untuk menjelaskan secara rasional fenomena-fenomena yang memancing rasa ingin tahu. Dengan demikian, inkuiri dapat merangsang kegiatan berpikir siswa, seperti: berpikir urutan, bertentangan, asosiasi, kasusalitas, konvergen, divergen, dan berpikir silogisme.




Minggu, 05 Juni 2016

PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DI SEKOLAH DASAR

Ilmu pngetahuan sosial (IPS) adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberikan wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada peserta didik, khusunya di tingkat dasar dan menengah. Luasan kajian IPS ini mencakup berbagai kehidupan yang beraspek majemuk baik hubungan sosial, ekonomi, psikologi, budaya, sejarah, maupun politik, semuanya dipelajari dalam ilmu sosial ini.

Segala sesuatu yang berhubungan dengan aspek sosial yang meliputi proses, faktor, perkembangan, permasalahan, semuanya dipelajari dan dikaji dalam sosiologi, aspek ekonomi yang meliputi perkembangan, faktor dan permasalahannya dipelajari dalam ilmu ekonomi. Aspek budaya dengan segala perkembangan dan permasalahannya dipelajari dalam antropologi. Aspek sejarah yang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia dipelajari dalam ilmu sejarah. Begitu juga dengan aspek geografi yang memberikan karakter ruang terhadap kehidupan masyarakat dipelajari dalam ilmu geografi.

Hakikat pendidikan IPS itu hendaknya dikembangkann berdasarkan realita kondisi sosial budaya yang ada di lingkungan seiswa sehingga dengan ini akan dapat membina warga Negara yang baik yang mampu memahami dan menelaah secara kritis kehidupan sosial di sekitarnya, serta mampu secara aktif berpartisipasi dalam lingkungan kehidupan, baik di masyarakatnya, Negara, maupun dunia.

Tujuan utam pembelajaran IPS adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadapa perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat.

Pendidikan IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat memberikan wawasan pengetahuan yang luas mengenai masyarakat lokal maupun global sehingga mampu hidup bersama-sama dengan masyarakat lainnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, sekolah dasar sebagai lembaga formal dapat mengembangkan dan melatih potensi diri siswa yang mampu melahirkan manusia yang handal, baik dalam bidang akademik maupun dalam aspek moralnya.
Perlu disadari bersama oleh para guru, khususnya, guru sekolah dasar yang memegang mata pelajaran IPS, bahwa pembelajaran IPS hendaknya dapat membantu murid untuk memperoleh keterampilan yang dibutuhkan untuk mengenal dan memecahkan masalah, menganalisis, menyampaikan pendapat dan membuat suatu keputusan yang rasional sehingga dapat membantu memecahkan masalah. Selain itu, menurut Nursid Sumaatmadja (2001:24), dengan pembelajaran IPS ini diharapkan dapat menyiapkan anggota masyarakat di masa yang akan datang, mampu bertindak secara efektif. Selanjutnya Nursid mengatakan, nilai-nilai yang wajib dikembangkan dalam pendidikan IPS, antara lain: nilai edukatif, praktis, teoritis, filsafat dan kebutuhan.

Melalui pembelajaran ini hendaknya dapat membantu peserta didik memperoleh ide, informasi, keterampilan, nilai, dan cara berfikir. Melalui belajar, siswa mampu mengekspresikan dirinya, mengetahui cara-cara belajar yang baik dan benar dengan arahan dan bimbingan guru. Dalam proses pembelajaran, secara implicit terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkannya. Pemilihan, penetapan, dan pengembangan metode didasarkan pada kondisi siswa, kegiatan-kegiatan ini pada dasarnya merupakan inti dari perencanaan pembelajaran. Dalam hal ini, istilah pembelajaran memiliki hakikat perencanaan-perencanaan atau perancangan (desain) sebagau upaya untuk membelajarkan siswa. Itulah sebabnya dalam belajar, siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi berinteraksi juga dnegan keselluruhan sumber  belajar yang lain. Oleh karena itu, pembelajaran menaruh perhatian pada “bagaimana membelajarkan siswa”, dan bukan pada “apa yang dipelajari siswa”. Dengan demikian, pembelajaran menenmpatkan siswa sebagai subjek bukan sebagai objek. Oleh karena itu, agar pembelajaran dapat mencapai hasil yang optimal, guru perlu memahami karakteristik siswa.



Jumat, 03 Juni 2016

TIPS MENGHAFAL MATERI PELAJARAN

Tips dan cara mengahafal suatu materi pelajaran akan diperlukan oleh siswa-siswi jenjang SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA/SMK. Terlebih lagi untuk materi-materi pelajaran yang banyak konten tulisannya. Misalnya, pelajaran biologi, sejarah, PPKN, dan lain-lain. Karakter siswa berbeda-beda dalam proses pencarian ilmu pengetahuan. Ada yang menyukai metode hafalan. Di sisi lain, ada yang menyukai metode logika. Biasanya anak-anak yang logikanya kuat akan malas untuk menghafal dan sebaliknya.

Tanpa dipungkiri lagi bahwa metode belajar yang diterapkan siswa -siswi jenjang SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA/SMK  atau bahkan mahasiswa di Perguruan Tinggi untuk mendapatkan ilmu pengetahuan banyak yang menempuh dengan metode menghafal. Akan tetapi, yang perlu diperhatikan adalah belajar dan hasil belajar itu bukan hanya bicara pada seberapa banyak ilmu pengetahuan yang berhasil diserap oleh siswa-siswi jenjang SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA/SMK. Ada hal lain yang lebih penting. Yaitu tentang proses belajar mendapatkan suatu ilmu pengetahuan itu sendiri. Dalam proses belajar itu banyak hal-hal yang bisa dipelajari oleh siswa. Selain itu, potensi-potensi yang dimiliki siswa juga bisa diketahui dan dikembangkan menjadi lebih baik. Jadi, dalam proses belajar itu jangan sampai melupakan proses belajar yang menyertai. Jangan hanya terpaku pada hasil.



Tentunya, hasil belajar juga penting di mana digunakan sebagai salah satu indikator penilaian. Prestasi dan keberhasilan siswa dalam belajar juga ditentukan oleh hasil belajar siswa yang diakumulasikan dalam suatu nilai kuantitatif atau kualitatif. Akan tetapi, tidak sedikit siswa-siswi yang terjebak pada hal ini. Siswa-siswi terlalu mementingkan hasil penilaian proses belajar tersebut. Tidak heran jika siswa-siswi kita akan menghalalkan segala cara untuk bisa mendapatkan nilai yang bagus. Bisa dengan mencontek, kerjasama dengan teman-teman dan cara-cara yang kurang santun lainnya. Kondisi ini bukan mencerminkan adanya tanda-tanda keberhasilan dalam proses pendidikan di Negara Indonesia tercinta ini.

Untuk mendapatkan nilai yang bagus, siswa-siswi kita juga banyak yang menggunakan metode menghafal materi pelajaran. Tidak jarang yang menggunakan sistem SKS (sistem kebut semalam). Terkadang ada yang tidurnya sampai larut malam ketika besoknya mau ada ulangan. Ini ada yang keliru dengan sistem pendidikan di Negara ini. Seharusnya pelajaran ini harus dipahami terlebih dahulu sebelum dihafal. Berikut ini kami mencoba untuk membrikan tips-tips cara menghafal pelajaran.

Pahami dulu materinya…

Memahami materi pelajaran sangat penting dilakukan. Bagaimana cara memahami pelajaran???. Masing-masing pribadi memang diberi kemampuan menyerap informasi yang berbeda-beda. Ada yang cepet ada yang sedang ada juga yang lambat. Untuk siswa-siswi yang kemampuan menyerap informasinya dalam level sedang dan lambat sangat disarankan untuk membaca dan mencoba memahami materi sebelum pelajaran dimulai. Misalnya ada pelajaran biologi pada hari selasa. Maka pada senin malam, siswa-siswi tersebut harus membaca dan mencoba memahami materi-materi yang akan diajarkan besoknya. Jika ada beberapa hal yang belum dipahami maka bisa ditanyakan ke guru waktu pelajaran berlangsung di sekolah. Selain itu, juga bisa tanya kepada siswa yang sudah paham. Ini memang trik yang kelihatannya spele tetapi jika diabaikan dapat menyebabkan menurunnya penguasaan materi pelajaran siswa.

Kalau sudah paham materi tentunya akan mempermudah untuk menghafal


Ada beberapa cara untuk menghafal agar hafalan lebih kuat dan tahan lama. Misalnya, kalau pada pelajaran kimia dalam menghafalkan unsur-unsur pada masing-masing golongan, bisa menggunakan singkatan-singkatan tertentu. Dalam pelajaran fisika juga demikian, yang biasanya untuk menghafalkan rumus-rumus. Sangat penting juga diterapkan pada pelajaran biologi karena materi-materi di biologi ini biasanya sangat banyak kandungan teksnya sehingga perlu dirangkum dan dihafalkan.

CARA EFEKTIF MENDIDIK DAN MENDISIPLINKAN ANAK

Disiplin secara luas dapat diartikan sebagai semacam pengaruh yang dirancang untuk membantu anak agar mampu menghadapi tuntutan dari lingkungan. Masalah disiplin di dunia pendidikan tidak dapat dilihat terlepas dari pertumbuhan disiplin anak sejak dini di rumah, kualitas emosional yang sudah menjadi kebiasaan akan ikut menentukan bagaimana ia menyesuaikan dirinya. Kemudian di sekolah dan berlanjut di masyarakat sebagai dasar yang diperoleh sebelumnya. Oleh karena itu, amatlah penting memahami dahulu psikologi perkebangan anak sebelum ia memasuki sekolah, prinsip dan asas pertumbuhannya yang berkenaan erat dengan kebutuhannya, ketergantungan kepada orang lain serta kesan-kesan pertama yang meletakkan pola perasaan dalam tumbuh kembang pribadinya, yang kemudian menjadi pola perasaan yang habitual yang akan menjadi dasar untuk menempa disiplin di sekolah.

Sesungguhnya seorang anak membutuhkan perasaan tersebut untuk tumbuh kembang dengan caranya sendiri. Namun, pada hakikatnya, seorang anak dan setiap orang membutuhkan disiplin. Ini hanyalah satu di antara berbagai paradoks dalam perkembangan. Seseorang tidak dapat menikmati kebebasannya kalau ia tidak  mengorbankan  beberapa segi dari kebebasan tersebut. Orang tua dan guru harus membantu anak belajar menikmati kebebasan itu, tetapi jug harus dapat melarangnya pada saat yang diperlukan, sebagai suatu keseimbangan antara kebebasan dan larangan yang merupakan suatu integrasi yang akan membawanya pada rasa aman yang dicarinya. Bila kebebasan itu ia alami tanpa batas, ia akan merasa tak pasti dan taka man.

Tujuan disiplin bukan untuk melarang kebebasan atau mengadakan penekanan, melainkan memberikan kebebasan dalam batas kemampuannya untuk ia kelola. Sebaliknya, kalau berbagai larangan itu amat ditekankan kepadanya, ia akan merasa terancam dan frustasi serta memberontak, bahkan akan mengalami rasa cemas yang merupakan suatu gejala yang kurang baik dalam pertumbuhan seseorang. Tanpa disiplin, tanpa mengetahui apa yang boleh dan apa yang tidak boleh, seorang anak pada umumnya tidak akan bertahan dalam kehidupan.

Sekolah yang memperlakukan peraturan ketat tanpa meletaakkan kualitas emosional yang dituntut dalam hubungan interpersonal antar guru dengan murid dan sesama murid ataupun sesama guru akan menimbulkan rasa tak aman, ketakutan, serta keterpaksaan dalam perkembangan anak. Tetapi sebaliknya, sekolah yang dapat memperlakukan peraturan secara rapi yang dilandasi oleh kualitas emosional yang baik dalam hubungan guru dan murid atau manusia lainnya, akan menghasilkan ketaatan yang sopan.
Disiplin membantu anak menyadari apa yang diharapkan dan apa yang tidak diharapkan darinya, dan membantunya bagaimana mencapai apa yang diharapkan darinya tersebut. Disiplin terjadi bila pengaruh diberikan oleh seseorang yang memberikan rasa aman dan tumbuh dari pribadi yang berwibawa serta dicintai, bukan dari orang yang ditakuti dan berkuasa.



Seseorang yang hidup di masyarakat harus berkembang sepanjang hayat dengan peraturan dan kebiasaan teratur dari lingkungannya. Seorang anak yang di rumah kurang memeroleh pendidikan dan kebiasaan untuk taat pada disiplin, akan harus memenuhi hukuman dari sekolah bila melanggar berbagai peraturan. Hukuman itu diperolehnya dari orang berbeda dari lingkungan keluarga. Hal ini sudah pasti akan menimbulkan kesenjangan dalam membina pola emosional yang positif untuk menjadi kebiasaan.


Semua peraturan disiplin akan menjadi kebiasaan-kebiasaan yang baik bila dalam melaksanakan berbagai peraturan terwujud kondisi yang memberikan kesempatan kepada anak untuk berkembang dan berbuat sesuatu sesuai kemampuannya. Bahkan akan berkembang menjadi disiplin diri bila peraturan itu dipegang secara konsisten.

Rabu, 01 Juni 2016

Daftar kecamatan dan kelurahan di Kota Malang

Menyediakan guru privat SD/MI adalah paling mudah

Les privat BEST CHOICE Malang merupakan bimbingan belajar yang menyediakan guru privat/tentor/tutor mata pelajaran SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA/SMK di kota Malang. Sampai saat ini wilayah jangkauan kami mulai dari kecamatan Lowok Waru, Klojen, Blimbing, Kedungkandang dan Sukun. Ke depannya kami akan melakukan ekspansi sampai ke kabupaten Malang karena pada semester genap 2015/2016 ada beberapa permintaan dari daerah kabupaten Malang. Ke depan kami juga akan  terus melakukan evaluasi bersama demi kebaikan bersama yang tujuaanya tiada lain adalah untuk membantu membimbing adik-adik SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA/SMK belajar.


Kami mempunyai pengalaman bahwa untuk menyediakan privat/tentor/tutor mata pelajaran jenjang SD/MI itu memang tergolong lebih mudah jika dibandingkan dengan jenjang SMP/MTs dan SMA/MA/SMK. Penyebabnya adalah banyak calon-calon privat/tentor/tutor yang mendaftar di les privat BEST CHOICE Malang ini sebagai privat/tentor/tutor. Oleh karenanya, kami melakukan beberapa rangkain tes ketika ada lowongan privat/tentor/tutor. Tes kemampuan bidang mata pelajaran yang akan diaajar dan tes interview merupakan hal; yang harus manajemen BEST CHOICE terapkan agar bisa mendapatkan privat/tentor/tutor yang berkompeten dalam bidangnya yang tujuan utamanya adalah agar privat/tentor/tutor dapat membimbing adik-adik dengan baik. Karena prinsip kami adalah pelayanan yang maksimal kepada  siswa-siswa BEST CHOICE.

Berbeda halnya dengan pencarian privat/tentor/tutor mata pelajaran SMP/MTs dan SMA/MA/SMK. Sebenarnya jika kami membuka lowongan privat/tentor/tutor SMP/MTs masih banyak juga calon privat/tentor/tutor yang mendaftar. Sebagian besar pendaftar berasal dair kalangan mahasiswa S1 dan S2 yang sedang menyelesaikan studi di Malang. Mereka bisa berasal dari berbagai jurusan baik jurusan-jurusan sosial, sains dan bah sa. Siswa SMP/MTs kami yang mendaftar kebanyakan membutuhkan privat/tentor/tutor pelajaran Matematika, IPA dan Bahasa Inggris. Pengalaman kami untuk pelajaran Matematika dan IPA banyak diisi oleh mahasiswa-mahasiswa yang mendalami ilmu sosial sedangkan untuk pelajaran bahasa inggris banyak diisi oleh mahasiswa-mahasiswa yang mendalami ilmu bahasa baik bahasa inggris sendiri maupun bahasa-bahasa yang lain.

Yang paling susah dan membutuhkan waktu yang lama adalah untuk mendapatkan privat/tentor/tutor mata pelajaran di SMA/MA/SMK. Seperti; matematika IPA dan IPS, Kimia, Fisika, Biologi. Tidak terlalu banyak mahasiswa yang sedang studi di kampus Malang mencoba untuk menghandel pelajaran permintaan siswa jenjang SMA/MA/SMK ini. Salah satu alasannya adalah pada zaman sekarang ini memang pelajaran-pelajaran di SMA/MA/SMK sudah sangat sulit. Berbeda dengan zaman dahulu. Oleh karenanya, kompetensi privat/tentor/tutor harus benar-benar disiapkan dengan baik sebelum melakukan pendampingan belajar. Dengan demikian, yang mencoba mendaftar untuk jenis lowongan ini biasanya memang berasal dari mahasiswa yang menekuni bidang-bidang pelajaran tersebut. Misalnya mahasiswa S1 kimia akan mendaftar menjadi privat/tentor/tutor pelajaran kimia. Mahasiswa fisika akan mendaftar mejadi privat/tentor/tutor pelajaran fisika dan lain-lain.

Terlepas dari semua itu, les privat BEST CHOICE Malang akan berusaha semaksimal mungkin untuk bisa lebih profesioanal dan bisa membantu membimbing siswa-siswi yang mendaftar ke BEST CHOICE. Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh siswa-siswi yang sudah bergabung bersama kami. Kami akan membantu mewujudkan mimpi-mimpi anda. Hubungan baik juga perlu dibuat antara pihak manajemen, privat/tentor/tutor, dan siswa/orang tua  siswa agar proses pendampingan belajar berjalan dengan efektif dan efisien. Selain itu, juga untuk meminimalisir permasalahan-permasalahan yang mungkin akan terjadi pada proses belajar. Dengan demikian, apa yang menjadi cita-cita/tujuan/impian bersama dapat terwujud.