This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

Selasa, 31 Mei 2016

TIPS MELEJITKAN KECERDASAN SPIRITUAL ANAK


  1. Mendidik anak untuk mencari teman yang baik
  2. Memperhaitkan kegiatan anak
  3. Kejujuran, tidak munafik
  4. Mendidik anak agar untuk rajin membaca bacaan yang bermutu
  5. Menajaga diri dari hal-hal yang merusak jiwa dan akal
  6. Rajin berdoa
  7. Mengajari anak bersyukur kepad Allah SWT karena hakikatnya syukur itu untuk diri sendiri
  8. Mengajari anak menjauhi syirik karena itu adalah kezaliman besar
  9. Mengajari anak menghormati ibunya yang telah mengandung dengan susah payah, lemah, dan bertambah-tambah selama 9 bulan.
  10. Mengajari anak menghomarti kedua orang tua
  11. Mengajari anak untuk menolak perintah orangtua yang salah dengan cara yang bijak
  12. Mengajari anak untuk menjauhi sikap sombong, angkuh, meremehkan orang lain, memalingkan muka, memandang rendah orang lain, dan tidak mau bertegur sapa.
  13. Mengajari anak sifat kesederhanaan, tampil dengan wajar tidak membuat resah orang lain, tidka menyebabkan orang lain sakit hati
  14. Menjaga keharmonisan keluarga
  15. Memberikan teladan kesalahan
  16. Mengajari anak mengenali dan menguasai problematika zaman
  17. Memberikan apresiasi yang pantas buat anak
  18. Merisaukan keselamatan mereka
  19. Mengajarkan kepada anak-anak bahwa hidup dan kehidupan ini saling berhubungan
  20. Menjadilah orang tua sebagai pendengar yang baik bagi anak-anaknya
  21. Mengajarkan anak-anak untuk menggunakan kata dan ungkapan yang bagus, indah, dan mendorong imajinasi
  22. Mendorong anak-anak untk berimajinasi tentang masa depannya dan tentang kehidupan
  23. Menemukan dan merayakan kejadian-kejadian menarik dan menyenangkan yang terjadi setiap hari atau minggu.
  24. Memberikan ruang kepada anak untuk berkreasi, menentuakn program dan jadwal kegiatan.
  25. Menjadi cermin positif bagi anak-anak
  26. Sekali-sekali menciptakan suasana yang benar-benar santai, melepaskan semua ketegangan dan kepenatan fisik maupun psikis.
  27. Setiap hari adalah istimewa, yang wajib dihayati dan disyukuri.
  28. Orangtua atau guru yang bermaksud mengembangkan kecerdasan spiritual anak haruslah seseorang yang sudah mengalami kesadaran spiritual juga
  29. Merumuskan msii hidup
  30. Membaca kitab suci al qur’an
  31. Menceritakan kisah-kisah yang menggugah semangat keimanan mereka
  32. Melibatkan anak dalam ibadah dan kegiatan-kegiatan keagamaan
  33. Memberikan kepada anak-anak kita makna batiniah dari setiap ibadah yang kita lakukan
  34. Membawa anak untuk menikmati keindahan alam
  35. Mengikut-sertakan anak dalam kegiatan-kegiatan sosial
  36. Mendidik anak untuk menumbuhkan rasa cinta
  37. Cinta merupakan kebutuhan paling penting bagi anak
  38. Mendidik anak untuk menerima apa adanya
  39. Membiasakn mengambil, memberi, makan, dan minum dengan tangan kanan.
  40. Membiasakan mendahulukan bagian kanan dalam berpakaian
  41. Dilarang tidur tertelungkup dan dibiasakan tidur dengan posisi badan miring ke kanan
  42. Dihindarkan tidak memakai pakaian atau celana yang pendek agar anak tumbuh dengan kesadaran menutup aurat dan malu membukanya
  43. Dibiasakan membaca basmalla ketika hendak makan, atau membaca doa ketika mengerjakan pekerjaan apapun
  44. Dibiasakan untuk mengambil makanan yang terdekat dan tidak memulai makan sebelum orang lain
  45. Tidak memandang dengan tajam kepada makanan maupun kepada orang yang makan
  46. Dibiasakan tidak makan dengan tergesa-gesa dan supaya mengunyah makanan dengan baik
  47. Dibiasakan makan makanan yang ada dan tidak mengingini yang tidak ada
  48. Dididik untuk mendahulukan orang lain dalam makanan atau permainan yang disenangi dengan dibiasakan agar menghormati saudara-saudaranya, sanak familinya yang masih kecil
  49. Dibiasakan mengucapkan dua kalimat syahadah dan mengulanginya berkali-kali setiap hari
  50. Dibiasakan membaca alhamdulilllah jika bersin, dan mengatakan yarhamukallah kepada orang yang bersin jika membaca Alhamdulillah
  51. Supaya menahan mulut dan menutupnya jika menguap dan jangan sampai bersuara
  52. Dibiasakan berterima kasih jika mendapat  suatu kebaikan sekalipun hanya sedikit
  53. Ketika berjalan jangan mendahului kedua orangtua atau siapa yang lebih tua darinya dan tidak memasuki tempat lebih dahulu dari keduanya untuk menghormati mereka
  54. Tidak membuang sampah di jalanan bahkan ajarilah anak untuk bisa memperingati teman-temannya
  55. Mengucapkan salam dengan sopan kepada orang yang dijumpainya dengan mengatakan assalaualaikum serta membalas salam orang-orang yang mengucapkannya
  56. Diajari kata-kata yang benar dan dibiasakan dengan bahasa yang baik dan lemah lembut
  57. Dibiasakan menuruti perintah orang tua atau siapa saja yang lebih besar darinya, jika disuruh sesuatu yang diperbolehkan
  58. Hendaknya kedua orang tua mengucapkan terima kasih kepada anak jika menuruti perintah dan menjauhi larangan
  59. Dibiasakan menghormati milik orang lain.



Diringkas dari buku Mendidik SQ Anak menurut Nabi Muhammad SAW 

MENGENALKAN KECERDASAN SPIRITUAL KEPADA ANAK

Sudah tertanam anggapan umum pada masyarakat bahwa anak yang cerdas adalah anak yang memiliki kemampuan nilai eksakta yang bagus, dan sebaliknya. Anak cerdas adalah anak yang bisa diterima di jurusan IPA bukan IPS atau Bahasa. Wajar jika sebagian besar orang tua cemas bila anaknya kurang pandai dalam matematika, fisika, atau pelajaran lainnya. Dan anak pun merasa malu dan rendah hati terhadap teman-teman dan lingkungannya ketika jurusan mereka bukan jurusan IPA tapi IPS atau Bahasa. Mereka merasa dinomor-duakan dalam berinteraksi baik oleh guru, teman, bahkan orang tuanya.

Kecerdasan spiritual diartikan sebagai kecerdasaan manusia dalam member makna. Dalam kondisi yang sangat buruk dan tidak diharapkan, kecerdasan spiritual mampu menuntun manusia untuk menemukan makna. Manusia dapat memberikan makna dari berbagai hal, agama mengarahkan manusia untuk mencari makna dengan pandangan yang lebih jauh. Bermakna di hadapan Tuhan. Inilah makna sejati yang diarahkan oleh agama, karena sumber makna selain Tuhan tidaklah kekal.



Cara orang tua dan guru mengenalkan kecerdasan spiritual menurut Prof. DR. KH. Jalaluddin Rakhmat dapat dilakukan dengan memberikan 10 kiat mengembangkan kecerdasan spiritual.

Pertama,
Sebagai orang tua dan guru, kita harus memberikan pemahaman kepada anak akan arti dan makna akan segala hal yang dialami anak. Kita harus ingat bahwa anak adalah penyontoh atau peniru yang baik. Apapun yang terlihat dan terdengar oleh anak akan dengan mudah ditirukan oleh si anak.

Kedua,
Kita harus membantu anak untuk merumuskan misi hidupnya sebagai anak yang sholih dan sholihah. Menurut Dr. M. Quraish Shihab, yang dimaksud sholih dan sholihah adalah; Pertama, menjadi manusia yang sesuai dengan tujuan penciptaannya yaitu untuk mengabdikan diri, menghambakan diri kepada sang Khaliq Allah SWT. Kedua, menjadi khalifah di muka bumi yang membawa risalah kebenaran yang sesuai amar ma’ruf nahi munkar.

Ketiga,
Membaca kitab suci bersama-sama dan menjelaskan maknanya dalam kehidupan. Sudah banyak penelitian yang membuktikan bahwa semenjak dalam kandungan pun anak sudah bisa merasakan akan kehadiran sesuatu di luar dirinya dan anak sudah dapat mendengar. Oleh karena itu, orang tua harus sesering mungkin untuk memperdengarkan bacaan-bacaan yang bermanfaat bagi anak, terutama membaca al qur’an.

Keempat,
Menceritakan kisah-kisah agung dari tokoh-tokoh spiritual. Anak-anak sangat menyukai sifat-sifat “heroik” dan kepahlawanan dari diri orang lain. Maka dari itu akan sangat baik untuk menceritakan kisah-kisah yang penuh semangat dan inspiratif dari para pahlawan agama seperti kisah para rasul dan sahabat.

Kelima,
Menceritakan berbagai persoalan dari segala perspektif. Mengajak anak berdiskusi dari dini merupakan langkah awal yang baik untuk merangsang pola piker anak. Mereka akan terbiasa dengan segala persoalan dan bagaimana cara pemecahannya.

Keenam,
Melibatkan anak-anak dalam kegiatan-kegiatan ritual keagamaan. Ritual-ritual keagaaman adalah rangkaian yang harus diperkenalkan oleh orang tua kepada anak, kendatipun semua hanya ritual dan kegiatan-kegiatan keagamaan tetapi orang tua harus memberikan pemahaman dan pemaknaan akan ritual tersebut, agar anak tidak merasa semua itu hanya sebatas kebiasaan saja.

Ketujuh,
Membacakn puisi-puisi atau lagu-lagu yang spiritualis dan inspirasional. Membacakan puisi atau memperdengarkan lagu kepada anak tidak hanya untuk melengkapi pengetahuan mereka tetapi juga akan mengasah bakat-bakat seni yang mereka miliki.

Kedelapan,
Membawa anak untuk menikmati keindahan alam yang dapat dijadikan untuk pengenalan benda, warna, dan seni kepada anak, dan tidak akalah pentingnya adalah memperkenalkan kebesaran Tuahn akan keindahan ciptaan-Nya.

Kesembilan,
Membawa anak ke tempat-tempat orang yang menderita. Ini adalah satu cara untuk mengajarkan kepada anak untuk bersyukur atas nikmat dan kesempurnaan yang telah diterimanya.

Kesepuluh,

Mengikutsertakan anak dalam kegiatan-kegiatan sosial. Hal ini tidak jauh beda dengan hal di atas, mengajarkan anak bersukur dan memupuk semangat kebersamaan anak dengan nilai-nilai sosial, bagaimana anak terbiasa berbagai dengan sesama, peduli dengan orang lain, dan lingkungannya.

Diringkas dari buku Mendidik SQ Anak menurut Nabi Muhammad SAW 

PRINSIP PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR

Masa usia sekolah dasar adalah masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia enam hingga kira-kira usia sebelas atau dua belas tahun. Sesuai dengan karakteristik anak usia sekolah dasar yang suka bermain, memiliki rasa ingin tahu yang besar, mudah terpengaruh oleh lingkungan, dan gemar membentuk kelompok sebaya. Oleh karena itu, pembelajaran di sekolah dasar diusahakan untuk terciptanya suasana yang kondusif dan menyenangkan. Untuk itu, guru-guru perlu memperhatikan beberapa prinsip pembelajaran yang diperlukan agar tercipta suasana yang kondusif dan menyenangkan tersebut, yaitu: prinsip motivasi, latar belakang, pemusatan perhatian, keterpaduan, pemecahan masalah, menemukan, belajar sambil bekerja, belajar sambil bermain, perbedaan individu, dan hubungan sosial.



Beberapa prinsip pembelajaran tersebut dapat diuraikan secara singkat, sebagai berikut:

Prinsip motivasi,
Adalah upaya guru untuk menumbuhkan dorongan belajar, baik dari dalam diri anak atau dari luar diri anak sehingga anak belajar seoptimal mungkin sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

Prinsip latar belakang,
Adalah upaya guru dalam proses belajar mengajar memerhatikan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang telah dimiliki anak agar tidak terjadi pengulangan yang membosankan.

Prinsip pemusatan perhatian,
Adalah usaha untuk memusatkan perhatian anak dengan jalan mengajukan masalah yang hendak dipecahkan lebih terarah untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai.

Prinsip keterpaduan,
Merupakan hal yang penting dalam pembelajaran. Oleh karena itu, guru dalam menyampaikan materi hendaknya mengaitkan suatu pokok bahasan lain, atau subpokok bahasan dengan subpokok bahasan lain agar anaik mendapat gambaran keterpaduan dalam proses perolehan hasil belajar.

Prinsip pemecahan masalah,
Adalah situasi belajar yang dihadapkan pada masalah-masalah. Hal ini dimaksudkan agar anak peka dan juga mendoorng mereka untuk mencari, memilih, dan menentukan pemecahan masalah sesuai dengan kemampuannya.

Prinsip menemukan,
Adalah kegiatan menggali potensi yang dimiliki anak untuk mencari, mengembangkan hasil perolehannya dalam bentuk fakta dan informasi. Untuk itu, proses belajar mengajar yang mengembangan potensi anak tidak akan menyebabkan kebosanan.

Prinsip belajar sambil bekerja,
Yaitu semua kegiatan yang dilakukan berdasarkan pengalaman untuk mengembangkan dan memperoleh pengalaman baru. Pengalaman belajar yang diperoleh melalui bekerja tidak mudah dilupakan oleh anak. Dengan demikian, proses belajar mengajar yang meberi kesempatan kepada anak untuk bekerja, berbuat sesuatu akan memupuk kepercayaan diri, gembira, dan puas karena kemampuannya tersalurkann dengan melihat hasil kerjanya.

Prinsip belajar sambil bermain,
Merupakan kegiatan yang dapat menimbulkan suasana menyenangkan bagi siswa dalam belajar karena dengan bermain pengetahuan, keterampilan, sikap dan daya fantasi anak berkembang. Suasana demikian akan mendorong anak aktif dalam belajar.

Prinsip perbedaan individu,
Yakni upaya guru dalam proses belajar mengajar yang memerhatikan perbedaan inndividu dari tingkat kecerdasan, sifat, dan kebiasaan atau latar belakang keluarga. Hendaknya guru tidak memperlakukan anak seolah-olah sama semua

Prinsip hubungan sosial
Adalah sosialisasi pada masa anak yang sedang tumbuh yang banyak dipengaruhi oleh lingkungan sosial. Kegiatan belajar hendaknya dilakukan secara berkelompok untuk emlatih anak menciptakan suasana kerja sama dan saling menghargai satu sama lainnya.


Memerhatikan dan menerapkan prinsip-prinsip pembelajara di atas sangat mendesak untuk dilakukan oleh setiap guru yang melakukan proses pembelajaran di sekolah dasar. Tanpa itu, pembelajaran hanya mampu menyentuh aspek ingatan dan pemahaman saja. Karena guru yang masih cenderung mendominasi pengajaran, merupakan salah satu penyebab rendahnya hasil belajar yang dicapai siswa. Hasil belajar optimal harus dicapai oleh siswa karena untuk saat ini hasil belajar dijadikan patokan keberhasilan siswa serta dijadikan tolak ukur tercapai tidaknya tujuan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.

Diringkas dari buku TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN 
Karya Drs. Ahmad Susanto, M.Pd

PERAN GURU DALAM PEMBELAJARAN

Mengingat pentingnya pendidikan dasar sebagai tonggak awal peningkatan SDM, banyak pihak menaruh perhatian bahwa pendidikan dasar adalah jembatan bagi upaya peningkatan pengembangan SDM bangsa untuk dapat berkompetensi dalam skala regional dan internasional. Di samping itu, juga sekolah dasar merupakan landasan bagi pendidikan selanjutnya. Mutu pendidikan menengah dan pendidikan tinggi tergantung kepada dasar kemampuan dan keterampilan yang dikembangkan sejak tingkat sekolah dasar. Mutu pendidikan yang baik di tingkat sekolah dasar akan menghasilkan di tingkat secara sistematik mutu pendidikan pada jenjang pendidikan selanjutnya. Oleh karena itu, pada tingkat sekolah dasar sangat memungkinkan untuk dikembangkan usaha dalam perubahan mutu pendidikan, hal ini dilakukan melalui penataan kelembagaan, pengelolaan, dan peningkatan mutu pendidikan.

Guru sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan merupakan pihak yang sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran. Kepiawaian dan kewibawaan guru sangat menentukan kelangsungan proses belajar di kelas maupun efeknya di luar kelas. Guru harus pandai membawa siswanya kepada tujuan yang hendak dicapai. Ada beberapa hal yang membentuk kewibawaan guru, antara lain: penguasaan materi yang diajarkan, metode mengajar yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa, hubungan antar-individu baik dengan siswa maupun antar sesama guru dan unsur lain yang terkait dalam proses pendidikan seperti administrasi, kepala sekolah, dan tata usaha serta masyarakat sekitarnya, pengalaman dan ketrampilan guru itu sendiri.



Namun sayangnya sebagaimana dilaporkan oleh Solihatin Raharjo (2007), menyebutkan bahwa dalam pembelajaran sekolah dasar saat ini, guru masih menganggap siswa sebagai objek, bukan sebagao subjek dalam pembelajaran sehingga guru dalam proses pembelajaran masih mendominansi aktivitas belajar. Siswa hanya menerima informasi dari guru secara pasif. Selanjutnya, Solihatin menyebutkan kelemahan-kelemahan di lapangan, antara lain ditemukan sebagai berikut :

PENGUASAAN MATERI PELAJARAN OLEH GURU

Yang sering menjadi perhatian dan sekaligus sebagai barometer guru yang berkualitas adalah masalah penguasaan materi pelajaran oleh guru. Guru yang menguasai materi dapat memberikan kepuasan pada peserta didik dan juga memudahkan peserta didik dalam menerima penjelasan yang diberikan oleh guru. Namun sebaliknya, guru yang kurang atau tidak menguasai materi pelajaran akan menyulitkan siswa dalam menerima penjelasan yang diberikan oleh guru, karena guru memberikan penjelasan yang berbelit-belit, tidak tegas, dan kurang sistematis. Banyak penjelasan diulang-ulang atau muter-muter tidak karuan. Guru yang menguasai materi pelajaran serta dapat menyampaikan materi dengan baik dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Materi pelajaran merupakan isi atau bahan yang akan dipelajari oleh siswa harus dipersiapkan dengan baik untuk disampaikan kepada siswa. mata pelajaran harus disusun secara sistematis berdasarkan sekuensinya serta melihat garis besar program pembelajaran (GBPP) untuk mata pelajaran yang bersangkutan. Dalam proses pelaksanaan penyampaian materi harus diperhatikan sumber belajar yang menunjang terhadap pengembangan kemampuan siswa.



Oleh karena itu, dalam penyusunan atau menetapkan materi pelajaran perlu memerhatikan hal-hal berikut:
  • Materi pelajaran hendaknya sesuai dengan/menunjang tercapainya tujuan instruksional
  • Materi pelajaran hendaknya sesuai pendidikan/perkembangan siswa pada umumnya
  • Materi pelajaran hendaknya terorganisasi secara sistematik dan berkesinambungan
  • Materi pelajaran hendaknya mencakup hal-hal yang bersifat faktual dan konseptual


Berdasarkan hal itu, hendaknya materi mendukung pencapaian tujuan instruksional dalam rangka mewujudkan pendidikan yang diemban oleh sekolah yang bersangkutan. Di samping menunjang pencapaian tujuan instruksional, materi hendaknya ditetapkan dengan mempertimbangkan taraf kemampuan siswa yang bersangkutan, suatu topik yang sama dapat berbeda tingkat kedalamannya untuk tingkat kelas berbeda.

Selain itu, penyajian materi yang sistematis dan berkesinambungan penting agar antara bahan yang satu dengan bahan berikutnya ada hubungan fungsional, di mana bahan yang satu menjadi dasar untuk bahan berikutnya. Sementara dalam menentukan materi pelajaran perlu memasukkan bahan yang faktual dan sifatnya konkret dan mudah diingat, serta bahan yang sifatnya konseptual berisikan konsep-konsep abstrak.

Dengan melihat kenyataan dan tuntunan seperti di atas, menuntut guru untuk menguasai materi pelajaran dengan baik. Mustahil guru dapat merencanakan pembelajaran, memfasilitasi pembelajaran hingga pada tahap evaluasi pembelajaran jika guru tidak menguasai materi pelajaran. Sebagai perencana pengajaran, sebelum proses pengajaran guru harus menyiapkan berbagai hal yang diperlukan, seperti materi pelajaran apa yang harus disampaikan, bagaimana cara menyampaikannya, dan media apa yang harus digunakan.

Oleh karena itu, untuk menjadi guru atau pendidik yang professional, menurut Raka Joni (2007), guru harus memiliki empat kompetensi dasar, yaitu: Kompetensi kepribadian, pedagogik, sosial dan professional. Seluruh kompetensi profesi yang dituntut dari seorang guru, semata-mata untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang pada akhirnya dapat dinilai dari proses dan hasil belajar.


Penguasaan materi pelajaran oleh guru dapat meningkatkan prestasi bealajar siswa. Oleh karena itu, penting bagi setiap guru untuk terlebih dahulu memahami dan menguasai materi pelajaran dengan sempurna sebelum menyampaikannya kepada siswa. Sejauh mana guru menguasai bahan pengajaran, maka sejauh itu, atau bahkan lebih sedikit kemampuan dan hasil belajar yan dikuasai oleh siswa. Jadi dapat ditegaskan lagi di sini, bahwa kemampuan menguasai materi pelajaran oelh guru menjadi prasarat penting bagi tercapainya keberhasilan proses belajar mengajar, dan bahkan, menurut Udin S.Sa’ud (2009), kemampuan menguasai bahan pengajaran menjadi bagian integral dari proses belajar mengajar, yang tidak boleh dianggap sebagai pelengkap dari profesi guru. 

Diringkas dari buku TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN 
Karya Drs. Ahmad Susanto, M.Pd

PENDIDIKAN TINGKAT SEKOLAH DASAR

Secara formal dan institusional, sekolah dasar masuk pada kategori pendidikan dasar. Pendidikan dasar menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Pasal 17 ayat 1 dan 2 merupakan jenjang pendidikan yang dilandasi jenjang menengah; pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD)  dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.

Sekolah dasar atau pendidikan dasar, menurut Mirasa dkk. (2005) dimaksudkan sebagai proses pengembangan kemampuan yang paling mendasar setiap siswa, di mana setiap siswa belajar secara aktif karena adanya dorongan dalam diri dan adanya suasana yang memberikan kemudahan (kondusif) bagi perkembangan dirinya secara optimal.



Dengan demikian, sekolah dasar atau pendidikan dasar tidak semata-mata membekali anak didik berupa kemampuan membaca, menulisdan berhitung semata, tetapi harus mengembangkan potensi pada siswa baik potensi mental, sosial, dan spiritual. Sekolah dasar memiliki visi mengembangkan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, beriman, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Suatu hal yang juga tidak boleh dilupakan oleh guru atau pendidik di sekolah dasar ini adalah guru hendaknya memahami karakteristik siswa yang akan diajarnya. Karena anak yang berada di sekolah dasar masih tergolong anak usia dini, terutama di kelas awal, adalah anak yang berada pada rentang usia dini. Masa usia dini ini merupakan masa yang pendek tetapi merupakan masa yang sangat penting bagi kehidupan seseorang. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong sehingga akan berkembang secara optimal. Siswa sekolah dasar merupakan masa transisi dari sekolah taman kanak-kanak (TK) ke sekolah dasar.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 diberlakukan bahwa Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan (SKL-SP) pada sekolah dasar atau madrasah ibtidaiyah, sebagai berikut:
  1. Menjalankan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan anak
  2. Mengenal kekurangan dan kelebihan diri sendiri
  3. Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungannya
  4. Menghargai keragaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi di lingkungan sekitarnya
  5. Menggunakan informasi tentang lingkungan sekitar secara logis, kritis dan kreatif
  6. Menunjukkan rasa keingintahuan yang tinggi dan menyadari potensinya
  7. Menunjukkan kemampuan memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari
  8. Menunjukkan kemampuan mengenali gejala alam dan sosial lingkungan sekitar
  9. Menunjukkan kecintaan dan kepedulian terhadap lingkungan
  10. Menunjukkan kecintaan dan kebanggaan terhadap bangsa, Negara, dan tanah air Indonesia
  11. Menunjukkan kemampuan untuk melakukan kegiatan seni dan budaya lokal
  12. Menunjukkan kebiasaan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang
  13. Berkomunikasi secara jelas dan santun
  14. Bekerja sama dalam kelompok, tolong menolong, dan menjaga diri dalam lingkungan keluarga dan teman sebaya
  15. Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis
  16. Menunjukkan ketrampilan menyimak, berbicara, membaca, menulis dan berhitung


Adapun SKL SD/MI tahun 2012 adalah meliputi a. iman-takwa, b. belajar berinovasi, c. seni dan budaya, d. keterampilan hidup dan karir, dan e. wawasan kebangsaan.


Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa tujuan pendidikan di sekolah dasar adalah dimaksudkan untuk membentuk manusia yang memiliki karakter serta kepribadian yang mulia, kreatif, kritis, santun, taat beragama, peduli terhadap sesama manusia dan lingkungan alam sekitar, bekerja sama, dan saling tolong menolong, yang dalam bahasa undang-undang disebut sebagai “manusia Indonesia seutuhnya”.


Diringkas dari buku TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN 
Karya Drs. Ahmad Susanto, M.Pd

MINAT BELAJAR

Menurut Sukardi, minat dapat diartikan sebagai suatu kesukaan, kegemaran atau kesenangan akan sesuatu. Menurut Bernard dalam Sudirman (2007:76) menyatakan bahwa minat timbul tidak secara tiba-tiba atau spontan, melainkan timbul akibat dari partisipasi, pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar atau bekerja. Jadi jelas bahwa, minat akan selalu terkait dengan persoalan kebutuhan dan keinginan.

Dalam kaitannya dengan belajar, Hansen (1995:1) menyebutkan bahwa minat belajar siswa erat hubungannya dengan kepribadian, motivasi, ekspresi dan konsep diri atau identifikasi, faktor keturunan dan pengaruh eksternal atau lingkungan. Dalam praktinya, minat atau dorongan dalam diri siswa terkait dengan apa dan bagaimana siswa dapat mengaktualisasikan dirinya melalui belajar. Di mana identifikasi diri memiliki kaitan dengan peluang atau hambatan siswa dalam mengekspresikan potensi atau kreativitas dirinya sebagai perwujudan dari minat spesifik yang dia milliki. Adapun fator keturunan dan pengaruh eksternal atau lingkungan lebih berkaitan dengan perubahan-perubahan yang terjadi dari minat siswa akibat dari pengaruh situasi kelas, sistem, dan dorongan keluarga.



Menurut Rosyidah (1998:1), timbulnya minat pada diri seseorang pada prinsipnya dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: minat yang berasal dari pembawaan dan minat yang timbul karena adanya pengaruh dari luar. Pertama, minat yang berasal dari pembawaan, timbul dengan sendirinya dari setiap individu, hal ini biasanya dipengaruhi oleh faktor keturunan atau bakat alamiah. Kedua, minat yang timbul karena adanya pengaruh dari luar diri individu, timbul seiring dengan proses perkembangan individu yang bersangkutan. Minat ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan, dorongan orang tua, dan kebiasaa atau adat.

Gagne juga membedakan sebab timbulnya minat pada diri seseorang kepada dua macam, yaitu minat spontan dan terpola. Minat spontan, yaitu minat yang timbul secara spontan dari dalam diri seseorang tanpa dipengaruhi oleh pihak luar. Adapun minat terpola adalah minat yang timbul sebagai akibat adanya pengaruh dari kegiatan-kegiatan yang terencana da terpola, misalnya dalam kegiatan belajar mengajar, baik di lembaga sekolah maupun di luar sekolah.
Kecenderungan siswa dalam memilih atau menekuni suatu mata pelajaran secara intensif dibanding dengan mata pelajaran lainnya pada dasarnya dipengaruhi oleh minat siswa yang bersangkutan. Proses pemilihan sampai diambilnya suatu keputusan oleh siswa untuk menekuni ini secara psikologis sangat ditentukan oleh minatnya terhadap mata pelajaran itu sendiri. Di samping itu, minat seseorang anak juga banyak dikontribusi oleh pola dan kebiasaan yang mereka alami bersama teman-teman sebanyanya. Artinya, bisa saja seorang anak berminat terhadap sesuatu yang sebelumnya tidak mereka minati, namun karena pengaruh teman sebanyanya akhirnya berminat, karena dari kebiasaan itu si anak cenderung meniru, yang akhirnya menjadi kesenangan yang bersifat tetap yaitu minat.

Sebagai contoh, jika minat siswa terhadap mata pelajaran IPS misalnya, pada dasarnya banyak yang mempengaruhinya. Di antaranya jika materi IPS yang diberikan guru berhubungan langsung dengan gejala-gejala kehidupan sosial yang dapat diamati dan dirasakan oleh siswa secara langsung. Selain itu, bisa saja minat siswa terhadap mata pelajaran IPS diduga juga dipengaruhi oleh status sosial ekonominya. Siswa yang status sosial ekonominya di atas rata-rata, memiliki kecenderungan lebih berminat terhadap suatu objek atau pelajaran tertentu, disebabkan karena tersedianya fasilitas belajar yang dimilikinya cenderung lebih komprehensif.


Namun tidak tertutup kemungkinan, justru terjadi sebliknya, siswa yang memiliki status sosial ekonomi tinggi, misalnya, membuat siswa merasa gengsi untuk memilih program ilmu-ilmu sosial di jenjang pendidikan selanjutnya. Ia malah berusaha untuk mempersiapkan diri semaksimal mungkin agar dapat masuk ke jurusan eksakta di kemudian hari, walaupun pada dasarnya mereka lebih berminat pada mata pelajaran ilmu-ilmu sosial. Terjadinya kontradiksi semacam ini tidak terlepas dari opini yang berkembang di kalangan masyarakat luas bahwa pelajaran ilmu alam dan matematika lebih bergensi daripada mata pelajaran ilmu-ilmu sosial.

Diringkas dari buku TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN 
Karya Drs. Ahmad Susanto, M.Pd


BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

BELAJAR

Menurut R. Gagne (1989), belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dua konsep ini menjadi terpadu dalam satu kegiatan di mana terjadi interaksi dantara guru dengan siswa, serta siswa dengan siswa pada saat pembelajaran berlangsung.

Bagi Gagne, belajar dimaknai sebagai suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. Selain itu, Gagne juga menekankan bahwa belajar sebagai suatu upaya memperoleh pengetahuan atau keterampilan melalui instruksi. Intruksi yang dimaksud adalah perintah atau arahan dan bimbingan dari seorang pendidik atau guru.

Adapun menurut Burton dalam Usman dan Setiawati (1993), belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu lainnya dan individu dengan lingkungannya.

Sementara menurut E.R. Hilgard (1962), belajar adalah suatu perubahan kegiatan reaksi terhadap lingkungan. Perubahan kegiatan yang dimaksud mencakup pengetahuan, kecakapan, tingkah laku, dan ini diperoleh melalui latihan (pengalaman). Hilgard menegaskan bahwa belajar merupakan proses mencari illmu yang terjadi dalam diri seseorang melalui latihan, pembiasaan, pengalaman, dan sebagainya.

Semantara Hamalik (2003) menjelaskan bahwa belajar adalah memodifikasi atau memperteguh perilaku melalui pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan, dan bukan merupakan suatu hasil atau tujuan. Dengan demikian, belajar itu bukan sekedar mengingat atau menghafal saja, namun lebih luas dari itu merupakan mengalami. Hamalik juga menegaskan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu atau seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya. Perubahan tingkah laku ini mencakup perubahan dalam kebiasaan, sikap, dan keterampilan. Perubahan tingkah laku dalam kegiatan belajar disebabkan oleh pengalaman atau latihan.

Adapun pengertian belajar menurut W.S. Winkel (2002) adalah suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif antara seseorang dengan lingkungan, dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap yang bersifat relatif konstan dan berbekas. Jadi, kalau seseornag dikatakan belajar matematika adalah apabila pada diri orang ini terjadi suatu kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan tingkah laku yang berkaitan dengan matematika. Perubahan ini terjadi dari tidak tahu menjadi tahu konsep matematika ini dan mampu menggunakannya dalam materi lanjut atau dalam kehidupan sehari-hari.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memproleh konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun dalam bertindak.

PEMBELAJARAN

Kata pembelajaran merupakan perpaduan dari dua aktivitas belajar dan mengajar. Aktivitas belajar secara metodologis cenderung lebih dominan pada siswa, sementara mengajar secara instruksional dilakukan oleh guru. Jadi istilah pembelajaran adalah ringkasan dari kata belajar dan mengajar. Dengan kata lain, pembelajaran adalah penyerdehanaan dari kata belajar dan mengajar (BM), proses belajar mengajar (PBM), atau kegiatan belajar mengajar (KBM).



Kata atau istilah pembelajaran dan penggunaannya masih tergolong baru, yang mulai popular semenjak lahirnya Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003. Menurut Undang-Undang ini, pembelajaran diartikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut pengertian ini, pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidika agar terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan, kemahiran, dan tabiat, serta pembentukan sikap dan keyakinan pada peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Namun dalam implementasinya, sering kali kata pembelajaran ini diidentikkan dengan kata mengajar.


Diringkas dari buku TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
Karya Drs. Ahmad Susanto, M.Pd

Minggu, 29 Mei 2016

Cara mengatur waktu belajar untuk siswa SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA

Dalam kesempatan kali ini kami akan mencoba memberikan cara tentang cara mengatur waktu belajar siswa SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA. Dalam pemaparan tip ini tentunya berkaitan juga dengan aktivitas-aktivitas harian siswa lainnya. Kami memulai dengan menjelaskan tentang perbedaan manajamen waktu belajar siswa SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA. Perbedaan utamanya adalah terletak pada tingkat kemandirian siswa tersebut. Dengan demikian, peran orang tua dalam mengatur waktu belajar siswa ini juga sangat diperlukan. Anak SD/MI mungkin membutuhkan 75% bimbingan orang tuanya. Anak SMP/MTs membutuhkan 50% dan anak SMA/MA hanya membutuhkan sekitar 25% bimbingan orang tua karena sudah dianggap lebih dewasa dan bisa mengatur dirinya.



Menurut kami tip-tip yang akan kami sampaikan bisa diterapkan untuk anak SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA. Penjelasan akan diberikan di bawah ini.

Pertama, Biasakan anak sudah bangun pada pukul 03.00 WIB.

Ini langkah penting untuk manajemen waktu belajar anak. Dengan bangun lebih awal, anak bisa melakukan sholat tahajud dan witir. Implementasi ibadah dalam kehidupan sehari-hari sangat diperlukan agar anak selalu diberikan kelancaran dan ketenangan dalam menempuh studi. Jika ada waktu tersisa sebelum datang waktu shubuh, maka bisa dimanfaatkan untuk persiapan berangkat ke sekolah. Misalnya, untuk mengecek PR, mengulangi pelajaran, dan lain-lain. Ketika adzan shubuh anak sudah harus dibiasakan untuk sholat berjamaah di masjid. Setelah itu bisa membaca al quran dan dilanjutkan untuk siap-siap menuju sekolah.

Kedua, Pukul 07.00 sampai pulang sekolah.

Di sini kami tidak menuliskan waktu pulang sekolah siswa karena antara waktu pulang untuk siswa SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA tentunya berbeda-beda. Waktu yang dihabiskan siswa di sekolah untuk belajar ini sangatlah banyak. Lebih-lebih jika siswa berada dalam lingkungan sekolah fullday. Jika waktu di sekolah ini dimanafaatkan sebaik-baiknya tentunya akan memiliki dampak positif yang luar biasa bagi perkembangan pendidikan anak. Hal ini tentunya membutuhkan perhatian dari semua pihak khususnya dari pihak sekolah di mana harus menciptakan kondisi dan suasana belajar yang baik  dan menyenangkan bagi siswa. Hal yang perlu diperhatikan adalah terkadang siswa terlalu asyik bermain ketika di sekolah yang mengakibatkan sedikitnya persentase penyerapan materi-materi pelajaran yang disampaikan di sekolah. Peran orang tua juga penting dalam memilih sekolah yang berkualitas dan bisa meningkatkan potensi anak.

Ketiga, Pukul setelah pulang sekolah sampai pukul 20.00 WIB.

Pada waktu ini ada beberapa hal yang bisa dimanfaatkan oleh siswa SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA. Misalnya bisa digunakan untuk istirahat atau mengikuti les privat. Tidak jarang siswa memanfaatkan waktu-waktu ini untuk belajar dengan mendatangkan guru privat/tentor/tutor ke rumah siswa. Dengan dibimbing oleh guru privat/tentor/tutor yang berkompeten dan berpengalaman akan meningkatkan efektivitas belajar siswa. Waktu belajar siswa ketika mengikuti les privat biasanya maksimal sampai pukul 20.00 WIB. Setelah waktu itu, sangat jarang siswa yang ingin belajar secara privat karena biasanya siswa sudah mengantuk pada pukul tersebut.

Keempat, Pukul 09.00/10.00 WIBSiswa harus sudah tidur.

Setelah menjalani rutinitas sehari-hari, maka diperlukan istirahat agar kondisi tubuh siswa kembali fit dan bugar untuk menjalani rutinitas hari berikutnya. Hal ini jangan sampai dianggap sepele. Mungkin ada beberapa siswa yang tidur larut malam. Terkadang orang tua pun juga membiarkan putra-putrinya. Jika anak bisa tidur lebih awal maka bangunpun bisa lebih awal sehingga tidak akan terjadi terlambat bangun tidur.

Itulah beberapa tips yang bisa kami (Manajemen Les Privat BEST CHOICE) berikan. Mudah-mudahan bisa bermanfaat.



Admin BEST CHOICE



Kamis, 26 Mei 2016

CARA MEMPERSIAPKAN DIRI AGAR BISA MASUK PERGURUAN TINGGI NEGERI FAVORIT

Les privat BEST CHOICE Malang mulai tahun 2016 ini menerima siswa baru untuk persiapan tes SBMPTN. Ada siswa kami yang meminta guru privat untuk pelajaran kimia, matematika dan biologi. Kamipun dari pihak menajemen merasa senang jika kami diberi kepercayaan untuk membimbing siswa kami agar mendapatkan hasil yang terbaik dalam tes SBMPTN tahun ini. Manajemen BEST CHOICE juga sudah melakukan ekspansi pelayanan jasa guru les privat mengaji. Dengan demikian, kami memang ingin memantaskan diri untuk menjadi solusi atas kebutuhan guru les privat yang tidak hanya pelajaran-pelajaran dari SD sampai SMA tetapi juga gurules privat mengaji dan guru les privat untuk persiapan tes memasuki Perguruan Tinggi.

Cara mempersiapkan diri agar masuk PTN favorit


Setelah kami melakukan pendampingan kepada siswa kami, ada beberapa hal yang kami temui di lapangan.

Pertama, siswa belum siap untuk mengikuti tes SBMPTN

Kenapa hal ini terjadi???

Salah satu penyebabnya adalah kebanyakan siswa merasa soal-soal untuk bidang minat IPA dan IPS yang diujikan adalah sangat susah. Soal-soal yang diujikan hampir tidak sama dengan soal UAN yang telah siswa kerjakan. Dengan demikian, siswa merasa kesulitan untuk menyelesaikan soal-soal tersebut. Menurut pandangan kami, sebenarnya hal ini bisa diantisipasi dengan cara menyediakan waktu yang lebih banyak untuk persiapan tes SBMPTN yang bergensi itu. Kebanyakan siswa hanya memiliki waktu 1 sampai 2 bulan untuk mempersiapkan tes SBMPTN. Tentu saja waktu tersebut sangat kurang untuk bisa menjawab soal-soal SBMPTN yang memang tingkat kesukarannya sangat tinggi. Soal-soal SBMPTN diambilkan dari materi-materi di Perguruan Tinggi dan yang membuat pun sekelas dosen yang memang ahli di bidangnya. Jika  memang siswa ingin masuk Perguruan Tinggi Negeri melalui tes SBMPTN, maka harus menyediakan waktu yang lebih banyak untuk melakukan persiapan. Bisa dimulai dari ketika memasuki bangku kelas 3 SMA. Siswa bisa melakukan persiapan dengan membeli buku-buku panduan SBMPTN yang sudah tersebar di toko-toko buku kemudian dipelajari secara mendalam. Jika siswa merasa kesulitan maka perlu juga untuk mendatangkan guru privat/tutor/tentor untuk membantu membimbing misalnya dari lesprivat BEST CHOICE Malang.

Kedua, karena siswa merasa belum siap untuk tes bidang minatnya, maka siswa mencoba untuk memaksimalkan perolehan nilai di soal-soal non bidang minat atau yang disebut dengan TPA (Tes Potensi Akademik)

Hal ini juga menjadi hal yang perlu kita cermati bersama karena soal-soal TPA ini juga bukan merupakan soal yang mudah ditaklukan. Soal-soal TPA juga digunakan untuk memasuki jenjang S2 dan S3. Banyak juga calon mahasiswa S2 dan S3 yang kesulitan mendapatkan nilai skor yang dijadikan sebagai persyaratan masuk S2 dan S3. Jadi, siswa juga harus berhati-hati karena untuk mendapatkan nilai yang maksimal di tes TPA ini juga tidak mudah. Guna mendapatkan skor yang tinggi dibutuhkan persiapan dengan waktu yang cukup, pendalaman materi dan trik-trik pengerjaan soal yang baik. Oleh karenanya, apabila siswa mengalami kesulitan ketika belajar secara otodidak maka perlu kiranya untuk memanggil guru privat/tutor/tentor dari les privat BEST CHOICE Malang.

Dua hal itu lah yang kami temukan di lapangan selaku manajemen les privatBEST CHOICE Malang. Janganlah menyerah untuk bisa mendapatkan skor yang terbaik pada ujian tes SBMPTN. Kita harus bisa meraih impian terbesar kita. Bisa masuk jurusan favorit di Perguruan Tinggi Negeri merupakan kebanggan setiap siswa dan orang tua siswa. Jangan lupa juga untuk selalu berdoa agar keingian dan impian tersebut bisa terwujud dan tanpa ada halangan yang berarti.


Admin Best Choice Privat




Nur Lailah, S.Si