Minggu, 12 Juni 2016

Pembelajaran Agama di SD

Pendidikan agama secara umum adalah upaya untuk menjadikan manusia mampu untuk mewujudkan tujuan penciptaanya. Manusia diciptakan agar mereka mengetahui hakikat Tuhannya, mengesakan , memurnikan ibadah kepada Tuhannya, dan mau menghambakan diri dengan menjalankan seluruh perintah dan menjauhi semua larangannya. Dalam pendidikan agama Islam misalnya, dijelaskan bahwa mata pelajaran pendidikan agama ini adalah agar siswa memahami, menghayati, meyakini, dan mengamalkan ajaran Islam sehingga menjadi manusia Muslim yang beriman, bertakwa kepada Allah SWT, dan berakhlak mulia.


Tujuan pendidikan agama Islam tersebut dicapai melalui materi-materi yang dipadatkan ke dalam lima unsur pokok, yaitu: Al-Qur’an, keimanan, akhlak, fikih, dan bimbingan ibadah, serta tarikh atau sejarah yang lebih menekankan pada perkembangan ajaran agama, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. Pemberian materi ini diharapkan dapat memberikan kemampuan-kemampuan dasar yang harus dimiliki lulusan sekolah dasar, yaitu memiliki landasan iman yang benar, yang diukur deengan indikator-indikator:;

  1. Siswa mampu melaksanakan atau menjalankan kehidupan beribadah
  2. Siswa mengenal kitab suci sesuai dengan umur anak
  3. Siswa mampu membiasakan adab sopan santun yang baik sesuai dengan ajaran agama
  4. Siswa memiliki pemahaman tentang kehidupan para nabi/rasul terutama masa kecil
  5. Siswa mengenal cara memaca kitab suci dalam bahasa asli dan memahami pengertian-pengertiannya dalam bagian tertentu.


Banyak metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran agama Islam, yang hamper tidak berbeda jauh dengan metode-metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran mata pelajaran lainnya. Namun yang lebih spesifik dalam pembelajaran agama islam menurut Abdurrahman Saleh (1969), meliputi: metode ceramah, tanya jawab, diskusi demonstrasi, soisodrama, dan pemberian tugas.

Banyak atau beragamnya metode dalam pembelajaran agama ini karena akan sangat tergantung pada kekhususan-kekhususan yang ada pada masing-masing bahan/materi pelajaran, baik sifat maupu tujuan, maka diperlukan metode-metode yang berlainan. Selain itu, perbedaan latar belakang individual anak, baik latar belakang kehidupan, tingkat usianya maupun tingkat kemampuan berfikirnya, perbedaan situasi dan kondisi di mana pendidikan berlangsung, dan perbedaan pribadi dan kemampuan dari para pendidik masing-masing juga dapat menjadi factor penyebab banyaknya metode yang digunakan.

Metode dan teknik pembelajaran agama secara teoritis tidak memiliki perbedaan yang mendasar dengan metode dan teknik pembelajaran secara umum. Walaupun demikian, pembelajaran agama memiliki perbedaan atau kekhasan dalam penggunaan metode dan teknik pembelajarannya karena ajaran agama tidak hanya harus dipahami secara teoritis tetapi harus ditindaklanjuti dengan pengamalan yang membutuhkan contoh baik dalam tata cara maupun suri tauladan.

Para pakar pendidikan berbeda pendapat dalam menetapkan metode dan teknik pembelajaran, termasuk pembelajaran agama. Menurut Sadali dkk. (1997), metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran agama islam, yaiut: metode diakronis, sinkronis-analitis, pemecahan masalah, empiris, dan aneka sumber.

Guru sebagai ujung tombak dalam pembelajaran tidak dapat dipilih begitu saja. Guru harus mempunyai kriteria-kriteria tertentu sebagaimana yang diungkapkan oleh Zainu (1997), yaitu : pertama, harus cakap dalam bidangnya (professional), kreatif dalam pengajarannya, senang dengan pekerjaannya, cinta kepada peserta didiknya, mencurahkan segenap kemampuannya untuk mengarahkan peserta didik dengan tarbiyah (pendidikan) yang baik, membekali mereka dengan pengetahuan-pengetahuan yang bermanfaat, mengajarkan kepada mereka akhlak-akhlak mulia dan berusaha keras menjauhkan mereka dari kebiasaan-kebiasaan yang buruk.

Kedua, guru agama harus menjadi qudwah (uswah atau suri teladan) yang baik bagi orang lain, baik tutur kata,perbuatan, dan perilakunya. Ketiga, guru harus mengerjakan hal-hal yang ia perintahkan kepada peserta didiknya, jangan sampai perkataanya tidak sesuai dengan perbuatannya. Keempat, seorang guru mengaetahui bahwa pekerjaanya merupakan penerus pekerjaan nabi yang diutus Allah untuk memberikan petunjuk kepada manusia, mendidik, dan mengenalkan mereka kepada penciptanya.

0 komentar:

Posting Komentar