Selasa, 31 Mei 2016

MENGENALKAN KECERDASAN SPIRITUAL KEPADA ANAK

Sudah tertanam anggapan umum pada masyarakat bahwa anak yang cerdas adalah anak yang memiliki kemampuan nilai eksakta yang bagus, dan sebaliknya. Anak cerdas adalah anak yang bisa diterima di jurusan IPA bukan IPS atau Bahasa. Wajar jika sebagian besar orang tua cemas bila anaknya kurang pandai dalam matematika, fisika, atau pelajaran lainnya. Dan anak pun merasa malu dan rendah hati terhadap teman-teman dan lingkungannya ketika jurusan mereka bukan jurusan IPA tapi IPS atau Bahasa. Mereka merasa dinomor-duakan dalam berinteraksi baik oleh guru, teman, bahkan orang tuanya.

Kecerdasan spiritual diartikan sebagai kecerdasaan manusia dalam member makna. Dalam kondisi yang sangat buruk dan tidak diharapkan, kecerdasan spiritual mampu menuntun manusia untuk menemukan makna. Manusia dapat memberikan makna dari berbagai hal, agama mengarahkan manusia untuk mencari makna dengan pandangan yang lebih jauh. Bermakna di hadapan Tuhan. Inilah makna sejati yang diarahkan oleh agama, karena sumber makna selain Tuhan tidaklah kekal.



Cara orang tua dan guru mengenalkan kecerdasan spiritual menurut Prof. DR. KH. Jalaluddin Rakhmat dapat dilakukan dengan memberikan 10 kiat mengembangkan kecerdasan spiritual.

Pertama,
Sebagai orang tua dan guru, kita harus memberikan pemahaman kepada anak akan arti dan makna akan segala hal yang dialami anak. Kita harus ingat bahwa anak adalah penyontoh atau peniru yang baik. Apapun yang terlihat dan terdengar oleh anak akan dengan mudah ditirukan oleh si anak.

Kedua,
Kita harus membantu anak untuk merumuskan misi hidupnya sebagai anak yang sholih dan sholihah. Menurut Dr. M. Quraish Shihab, yang dimaksud sholih dan sholihah adalah; Pertama, menjadi manusia yang sesuai dengan tujuan penciptaannya yaitu untuk mengabdikan diri, menghambakan diri kepada sang Khaliq Allah SWT. Kedua, menjadi khalifah di muka bumi yang membawa risalah kebenaran yang sesuai amar ma’ruf nahi munkar.

Ketiga,
Membaca kitab suci bersama-sama dan menjelaskan maknanya dalam kehidupan. Sudah banyak penelitian yang membuktikan bahwa semenjak dalam kandungan pun anak sudah bisa merasakan akan kehadiran sesuatu di luar dirinya dan anak sudah dapat mendengar. Oleh karena itu, orang tua harus sesering mungkin untuk memperdengarkan bacaan-bacaan yang bermanfaat bagi anak, terutama membaca al qur’an.

Keempat,
Menceritakan kisah-kisah agung dari tokoh-tokoh spiritual. Anak-anak sangat menyukai sifat-sifat “heroik” dan kepahlawanan dari diri orang lain. Maka dari itu akan sangat baik untuk menceritakan kisah-kisah yang penuh semangat dan inspiratif dari para pahlawan agama seperti kisah para rasul dan sahabat.

Kelima,
Menceritakan berbagai persoalan dari segala perspektif. Mengajak anak berdiskusi dari dini merupakan langkah awal yang baik untuk merangsang pola piker anak. Mereka akan terbiasa dengan segala persoalan dan bagaimana cara pemecahannya.

Keenam,
Melibatkan anak-anak dalam kegiatan-kegiatan ritual keagamaan. Ritual-ritual keagaaman adalah rangkaian yang harus diperkenalkan oleh orang tua kepada anak, kendatipun semua hanya ritual dan kegiatan-kegiatan keagamaan tetapi orang tua harus memberikan pemahaman dan pemaknaan akan ritual tersebut, agar anak tidak merasa semua itu hanya sebatas kebiasaan saja.

Ketujuh,
Membacakn puisi-puisi atau lagu-lagu yang spiritualis dan inspirasional. Membacakan puisi atau memperdengarkan lagu kepada anak tidak hanya untuk melengkapi pengetahuan mereka tetapi juga akan mengasah bakat-bakat seni yang mereka miliki.

Kedelapan,
Membawa anak untuk menikmati keindahan alam yang dapat dijadikan untuk pengenalan benda, warna, dan seni kepada anak, dan tidak akalah pentingnya adalah memperkenalkan kebesaran Tuahn akan keindahan ciptaan-Nya.

Kesembilan,
Membawa anak ke tempat-tempat orang yang menderita. Ini adalah satu cara untuk mengajarkan kepada anak untuk bersyukur atas nikmat dan kesempurnaan yang telah diterimanya.

Kesepuluh,

Mengikutsertakan anak dalam kegiatan-kegiatan sosial. Hal ini tidak jauh beda dengan hal di atas, mengajarkan anak bersukur dan memupuk semangat kebersamaan anak dengan nilai-nilai sosial, bagaimana anak terbiasa berbagai dengan sesama, peduli dengan orang lain, dan lingkungannya.

Diringkas dari buku Mendidik SQ Anak menurut Nabi Muhammad SAW 

0 komentar:

Posting Komentar