Selasa, 31 Mei 2016

MINAT BELAJAR

Menurut Sukardi, minat dapat diartikan sebagai suatu kesukaan, kegemaran atau kesenangan akan sesuatu. Menurut Bernard dalam Sudirman (2007:76) menyatakan bahwa minat timbul tidak secara tiba-tiba atau spontan, melainkan timbul akibat dari partisipasi, pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar atau bekerja. Jadi jelas bahwa, minat akan selalu terkait dengan persoalan kebutuhan dan keinginan.

Dalam kaitannya dengan belajar, Hansen (1995:1) menyebutkan bahwa minat belajar siswa erat hubungannya dengan kepribadian, motivasi, ekspresi dan konsep diri atau identifikasi, faktor keturunan dan pengaruh eksternal atau lingkungan. Dalam praktinya, minat atau dorongan dalam diri siswa terkait dengan apa dan bagaimana siswa dapat mengaktualisasikan dirinya melalui belajar. Di mana identifikasi diri memiliki kaitan dengan peluang atau hambatan siswa dalam mengekspresikan potensi atau kreativitas dirinya sebagai perwujudan dari minat spesifik yang dia milliki. Adapun fator keturunan dan pengaruh eksternal atau lingkungan lebih berkaitan dengan perubahan-perubahan yang terjadi dari minat siswa akibat dari pengaruh situasi kelas, sistem, dan dorongan keluarga.



Menurut Rosyidah (1998:1), timbulnya minat pada diri seseorang pada prinsipnya dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: minat yang berasal dari pembawaan dan minat yang timbul karena adanya pengaruh dari luar. Pertama, minat yang berasal dari pembawaan, timbul dengan sendirinya dari setiap individu, hal ini biasanya dipengaruhi oleh faktor keturunan atau bakat alamiah. Kedua, minat yang timbul karena adanya pengaruh dari luar diri individu, timbul seiring dengan proses perkembangan individu yang bersangkutan. Minat ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan, dorongan orang tua, dan kebiasaa atau adat.

Gagne juga membedakan sebab timbulnya minat pada diri seseorang kepada dua macam, yaitu minat spontan dan terpola. Minat spontan, yaitu minat yang timbul secara spontan dari dalam diri seseorang tanpa dipengaruhi oleh pihak luar. Adapun minat terpola adalah minat yang timbul sebagai akibat adanya pengaruh dari kegiatan-kegiatan yang terencana da terpola, misalnya dalam kegiatan belajar mengajar, baik di lembaga sekolah maupun di luar sekolah.
Kecenderungan siswa dalam memilih atau menekuni suatu mata pelajaran secara intensif dibanding dengan mata pelajaran lainnya pada dasarnya dipengaruhi oleh minat siswa yang bersangkutan. Proses pemilihan sampai diambilnya suatu keputusan oleh siswa untuk menekuni ini secara psikologis sangat ditentukan oleh minatnya terhadap mata pelajaran itu sendiri. Di samping itu, minat seseorang anak juga banyak dikontribusi oleh pola dan kebiasaan yang mereka alami bersama teman-teman sebanyanya. Artinya, bisa saja seorang anak berminat terhadap sesuatu yang sebelumnya tidak mereka minati, namun karena pengaruh teman sebanyanya akhirnya berminat, karena dari kebiasaan itu si anak cenderung meniru, yang akhirnya menjadi kesenangan yang bersifat tetap yaitu minat.

Sebagai contoh, jika minat siswa terhadap mata pelajaran IPS misalnya, pada dasarnya banyak yang mempengaruhinya. Di antaranya jika materi IPS yang diberikan guru berhubungan langsung dengan gejala-gejala kehidupan sosial yang dapat diamati dan dirasakan oleh siswa secara langsung. Selain itu, bisa saja minat siswa terhadap mata pelajaran IPS diduga juga dipengaruhi oleh status sosial ekonominya. Siswa yang status sosial ekonominya di atas rata-rata, memiliki kecenderungan lebih berminat terhadap suatu objek atau pelajaran tertentu, disebabkan karena tersedianya fasilitas belajar yang dimilikinya cenderung lebih komprehensif.


Namun tidak tertutup kemungkinan, justru terjadi sebliknya, siswa yang memiliki status sosial ekonomi tinggi, misalnya, membuat siswa merasa gengsi untuk memilih program ilmu-ilmu sosial di jenjang pendidikan selanjutnya. Ia malah berusaha untuk mempersiapkan diri semaksimal mungkin agar dapat masuk ke jurusan eksakta di kemudian hari, walaupun pada dasarnya mereka lebih berminat pada mata pelajaran ilmu-ilmu sosial. Terjadinya kontradiksi semacam ini tidak terlepas dari opini yang berkembang di kalangan masyarakat luas bahwa pelajaran ilmu alam dan matematika lebih bergensi daripada mata pelajaran ilmu-ilmu sosial.

Diringkas dari buku TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN 
Karya Drs. Ahmad Susanto, M.Pd


0 komentar:

Posting Komentar