Disiplin
secara luas dapat diartikan sebagai semacam pengaruh yang dirancang untuk
membantu anak agar mampu menghadapi tuntutan dari lingkungan. Masalah disiplin
di dunia pendidikan tidak dapat dilihat terlepas dari pertumbuhan disiplin anak
sejak dini di rumah, kualitas emosional yang sudah menjadi kebiasaan akan ikut
menentukan bagaimana ia menyesuaikan dirinya. Kemudian di sekolah dan berlanjut
di masyarakat sebagai dasar yang diperoleh sebelumnya. Oleh karena itu, amatlah
penting memahami dahulu psikologi perkebangan anak sebelum ia memasuki sekolah,
prinsip dan asas pertumbuhannya yang berkenaan erat dengan kebutuhannya,
ketergantungan kepada orang lain serta kesan-kesan pertama yang meletakkan pola
perasaan dalam tumbuh kembang pribadinya, yang kemudian menjadi pola perasaan
yang habitual yang akan menjadi dasar untuk menempa disiplin di sekolah.
Sesungguhnya
seorang anak membutuhkan perasaan tersebut untuk tumbuh kembang dengan caranya
sendiri. Namun, pada hakikatnya, seorang anak dan setiap orang membutuhkan
disiplin. Ini hanyalah satu di antara berbagai paradoks dalam perkembangan.
Seseorang tidak dapat menikmati kebebasannya kalau ia tidak mengorbankan
beberapa segi dari kebebasan tersebut. Orang tua dan guru harus membantu
anak belajar menikmati kebebasan itu, tetapi jug harus dapat melarangnya pada
saat yang diperlukan, sebagai suatu keseimbangan antara kebebasan dan larangan
yang merupakan suatu integrasi yang akan membawanya pada rasa aman yang
dicarinya. Bila kebebasan itu ia alami tanpa batas, ia akan merasa tak pasti
dan taka man.
Tujuan
disiplin bukan untuk melarang kebebasan atau mengadakan penekanan, melainkan
memberikan kebebasan dalam batas kemampuannya untuk ia kelola. Sebaliknya, kalau
berbagai larangan itu amat ditekankan kepadanya, ia akan merasa terancam dan
frustasi serta memberontak, bahkan akan mengalami rasa cemas yang merupakan
suatu gejala yang kurang baik dalam pertumbuhan seseorang. Tanpa disiplin,
tanpa mengetahui apa yang boleh dan apa yang tidak boleh, seorang anak pada
umumnya tidak akan bertahan dalam kehidupan.
Sekolah
yang memperlakukan peraturan ketat tanpa meletaakkan kualitas emosional yang
dituntut dalam hubungan interpersonal antar guru dengan murid dan sesama murid
ataupun sesama guru akan menimbulkan rasa tak aman, ketakutan, serta
keterpaksaan dalam perkembangan anak. Tetapi sebaliknya, sekolah yang dapat
memperlakukan peraturan secara rapi yang dilandasi oleh kualitas emosional yang
baik dalam hubungan guru dan murid atau manusia lainnya, akan menghasilkan
ketaatan yang sopan.
Disiplin
membantu anak menyadari apa yang diharapkan dan apa yang tidak diharapkan
darinya, dan membantunya bagaimana mencapai apa yang diharapkan darinya
tersebut. Disiplin terjadi bila pengaruh diberikan oleh seseorang yang
memberikan rasa aman dan tumbuh dari pribadi yang berwibawa serta dicintai,
bukan dari orang yang ditakuti dan berkuasa.
Seseorang
yang hidup di masyarakat harus berkembang sepanjang hayat dengan peraturan dan
kebiasaan teratur dari lingkungannya. Seorang anak yang di rumah kurang
memeroleh pendidikan dan kebiasaan untuk taat pada disiplin, akan harus
memenuhi hukuman dari sekolah bila melanggar berbagai peraturan. Hukuman itu
diperolehnya dari orang berbeda dari lingkungan keluarga. Hal ini sudah pasti
akan menimbulkan kesenjangan dalam membina pola emosional yang positif untuk
menjadi kebiasaan.
Semua
peraturan disiplin akan menjadi kebiasaan-kebiasaan yang baik bila dalam
melaksanakan berbagai peraturan terwujud kondisi yang memberikan kesempatan
kepada anak untuk berkembang dan berbuat sesuatu sesuai kemampuannya. Bahkan
akan berkembang menjadi disiplin diri bila peraturan itu dipegang secara
konsisten.
0 komentar:
Posting Komentar