Mengingat pentingnya
pendidikan dasar sebagai tonggak awal peningkatan SDM, banyak pihak menaruh
perhatian bahwa pendidikan dasar adalah jembatan bagi upaya peningkatan
pengembangan SDM bangsa untuk dapat berkompetensi dalam skala regional dan
internasional. Di samping itu, juga sekolah dasar merupakan landasan bagi
pendidikan selanjutnya. Mutu pendidikan menengah dan pendidikan tinggi
tergantung kepada dasar kemampuan dan keterampilan yang dikembangkan sejak
tingkat sekolah dasar. Mutu pendidikan yang baik di tingkat sekolah dasar akan
menghasilkan di tingkat secara sistematik mutu pendidikan pada jenjang
pendidikan selanjutnya. Oleh karena itu, pada tingkat sekolah dasar sangat
memungkinkan untuk dikembangkan usaha dalam perubahan mutu pendidikan, hal ini
dilakukan melalui penataan kelembagaan, pengelolaan, dan peningkatan mutu
pendidikan.
Guru sebagai ujung
tombak dalam pelaksanaan pendidikan merupakan pihak yang sangat berpengaruh
dalam proses pembelajaran. Kepiawaian dan kewibawaan guru sangat menentukan
kelangsungan proses belajar di kelas maupun efeknya di luar kelas. Guru harus
pandai membawa siswanya kepada tujuan yang hendak dicapai. Ada beberapa hal
yang membentuk kewibawaan guru, antara lain: penguasaan materi yang diajarkan,
metode mengajar yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa, hubungan
antar-individu baik dengan siswa maupun antar sesama guru dan unsur lain yang
terkait dalam proses pendidikan seperti administrasi, kepala sekolah, dan tata
usaha serta masyarakat sekitarnya, pengalaman dan ketrampilan guru itu sendiri.
Namun sayangnya
sebagaimana dilaporkan oleh Solihatin Raharjo (2007), menyebutkan bahwa dalam
pembelajaran sekolah dasar saat ini, guru masih menganggap siswa sebagai objek,
bukan sebagao subjek dalam pembelajaran sehingga guru dalam proses pembelajaran
masih mendominansi aktivitas belajar. Siswa hanya menerima informasi dari guru
secara pasif. Selanjutnya, Solihatin menyebutkan kelemahan-kelemahan di
lapangan, antara lain ditemukan sebagai berikut :
- Model pembelajaran konvensional/ceramah
- Siswa hanya dijadikan objek pembelajaran
- Pembelajaran yang berlangsung cenderung tidak melibatkan pengembangan pengetahuan siswa karena guru selalu mendominasi pembelajaran akibatnya proses pembelajaran sangat terbatas sehingga kegiatan pembelajaran hanya diarahkan pada mengetahui, kea rah pengembangan aspek kognitif dan mengabaikan aspek afektif serta psikomotorik
- Pembelajaran bersifat hafalan semata sehingga siswa kurang bergairah dalam belajar
- Dalam proses pembelajaran, proses interaksi searah hanya dari guru ke siswa
Salah satu upaya
mengatasi permasalahan ini, guru harus mampu merancang model pembelajaran yang
bermakna bagi siswa. untuk itu, guru harus kreatif dalam mendesain model
pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat berpartisipasi, aktif, kreatif
terhadap materi yang diajarkan. Dengan cara demikian, diharapkan siswa dapat
memahami materi yang diberikan dan mencapai pembelajaran bermakna.
Pentingnya merancang
model pembelajaran yang bermakna ini karena fungsi utama setiap pelajaran di
sekolah dasar, yaitu mengembangkan pengetahuan, nilai, dan sikap serta
keterampilan sosial siswa untuk dapat menelaah kehidupan sosial yang dihadapi
sehari-hari serta menumbuhkan rasa bangga dan cinta terhadap perkembangan
masyarakaat Indonesia sejak masa lalu hingga masa kini sedangkan tujuannya agar
siswa mampu mengembangkan pengetahuannya, nilai dan sikap serta ketrampilan
sosial agar siswa merasa bangga sebagai
angsa Indonesia.
Diringkas dari buku TEORI BELAJAR DAN
PEMBELAJARAN
Karya Drs. Ahmad Susanto, M.Pd
0 komentar:
Posting Komentar