Menurut Sukardi, minat
dapat diartikan sebagai suatu kesukaan, kegemaran atau kesenangan akan sesuatu.
Menurut Bernard dalam Sudirman (2007:76) menyatakan bahwa minat timbul tidak
secara tiba-tiba atau spontan, melainkan timbul akibat dari partisipasi,
pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar atau bekerja. Jadi jelas bahwa, minat
akan selalu terkait dengan persoalan kebutuhan dan keinginan.
Dalam kaitannya dengan
belajar, Hansen (1995:1) menyebutkan bahwa minat belajar siswa erat hubungannya
dengan kepribadian, motivasi, ekspresi dan konsep diri atau identifikasi, faktor
keturunan dan pengaruh eksternal atau lingkungan. Dalam praktinya, minat atau
dorongan dalam diri siswa terkait dengan apa dan bagaimana siswa dapat
mengaktualisasikan dirinya melalui belajar. Di mana identifikasi diri memiliki
kaitan dengan peluang atau hambatan siswa dalam mengekspresikan potensi atau
kreativitas dirinya sebagai perwujudan dari minat spesifik yang dia milliki.
Adapun fator keturunan dan pengaruh eksternal atau lingkungan lebih berkaitan
dengan perubahan-perubahan yang terjadi dari minat siswa akibat dari pengaruh
situasi kelas, sistem, dan dorongan keluarga.
Menurut Rosyidah
(1998:1), timbulnya minat pada diri seseorang pada prinsipnya dapat dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu: minat yang berasal dari pembawaan dan minat yang
timbul karena adanya pengaruh dari luar. Pertama, minat yang berasal dari
pembawaan, timbul dengan sendirinya dari setiap individu, hal ini biasanya
dipengaruhi oleh faktor keturunan atau bakat alamiah. Kedua, minat yang timbul
karena adanya pengaruh dari luar diri individu, timbul seiring dengan proses
perkembangan individu yang bersangkutan. Minat ini sangat dipengaruhi oleh
lingkungan, dorongan orang tua, dan kebiasaa atau adat.
Gagne juga membedakan
sebab timbulnya minat pada diri seseorang kepada dua macam, yaitu minat spontan
dan terpola. Minat spontan, yaitu minat yang timbul secara spontan dari dalam
diri seseorang tanpa dipengaruhi oleh pihak luar. Adapun minat terpola adalah
minat yang timbul sebagai akibat adanya pengaruh dari kegiatan-kegiatan yang
terencana da terpola, misalnya dalam kegiatan belajar mengajar, baik di lembaga
sekolah maupun di luar sekolah.
Kecenderungan siswa
dalam memilih atau menekuni suatu mata pelajaran secara intensif dibanding
dengan mata pelajaran lainnya pada dasarnya dipengaruhi oleh minat siswa yang
bersangkutan. Proses pemilihan sampai diambilnya suatu keputusan oleh siswa
untuk menekuni ini secara psikologis sangat ditentukan oleh minatnya terhadap
mata pelajaran itu sendiri. Di samping itu, minat seseorang anak juga banyak
dikontribusi oleh pola dan kebiasaan yang mereka alami bersama teman-teman
sebanyanya. Artinya, bisa saja seorang anak berminat terhadap sesuatu yang
sebelumnya tidak mereka minati, namun karena pengaruh teman sebanyanya akhirnya
berminat, karena dari kebiasaan itu si anak cenderung meniru, yang akhirnya
menjadi kesenangan yang bersifat tetap yaitu minat.
Sebagai contoh, jika
minat siswa terhadap mata pelajaran IPS misalnya, pada dasarnya banyak yang
mempengaruhinya. Di antaranya jika materi IPS yang diberikan guru berhubungan
langsung dengan gejala-gejala kehidupan sosial yang dapat diamati dan dirasakan
oleh siswa secara langsung. Selain itu, bisa saja minat siswa terhadap mata pelajaran
IPS diduga juga dipengaruhi oleh status sosial ekonominya. Siswa yang status sosial
ekonominya di atas rata-rata, memiliki kecenderungan lebih berminat terhadap
suatu objek atau pelajaran tertentu, disebabkan karena tersedianya fasilitas
belajar yang dimilikinya cenderung lebih komprehensif.
Namun tidak tertutup
kemungkinan, justru terjadi sebliknya, siswa yang memiliki status sosial
ekonomi tinggi, misalnya, membuat siswa merasa gengsi untuk memilih program
ilmu-ilmu sosial di jenjang pendidikan selanjutnya. Ia malah berusaha untuk
mempersiapkan diri semaksimal mungkin agar dapat masuk ke jurusan eksakta di
kemudian hari, walaupun pada dasarnya mereka lebih berminat pada mata pelajaran
ilmu-ilmu sosial. Terjadinya kontradiksi semacam ini tidak terlepas dari opini
yang berkembang di kalangan masyarakat luas bahwa pelajaran ilmu alam dan
matematika lebih bergensi daripada mata pelajaran ilmu-ilmu sosial.
Diringkas dari buku TEORI BELAJAR DAN
PEMBELAJARAN
Karya Drs. Ahmad Susanto, M.Pd
0 komentar:
Posting Komentar