Sudah tertanam anggapan
umum pada masyarakat bahwa anak yang cerdas adalah anak yang memiliki kemampuan
nilai eksakta yang bagus, dan sebaliknya. Anak cerdas adalah anak yang bisa
diterima di jurusan IPA bukan IPS atau Bahasa. Wajar jika sebagian besar orang
tua cemas bila anaknya kurang pandai dalam matematika, fisika, atau pelajaran
lainnya. Dan anak pun merasa malu dan rendah hati terhadap teman-teman dan
lingkungannya ketika jurusan mereka bukan jurusan IPA tapi IPS atau Bahasa.
Mereka merasa dinomor-duakan dalam berinteraksi baik oleh guru, teman, bahkan
orang tuanya.
Kecerdasan spiritual
diartikan sebagai kecerdasaan manusia dalam member makna. Dalam kondisi yang
sangat buruk dan tidak diharapkan, kecerdasan spiritual mampu menuntun manusia
untuk menemukan makna. Manusia dapat memberikan makna dari berbagai hal, agama
mengarahkan manusia untuk mencari makna dengan pandangan yang lebih jauh.
Bermakna di hadapan Tuhan. Inilah makna sejati yang diarahkan oleh agama,
karena sumber makna selain Tuhan tidaklah kekal.
Cara orang tua dan guru
mengenalkan kecerdasan spiritual menurut Prof. DR. KH. Jalaluddin Rakhmat dapat
dilakukan dengan memberikan 10 kiat mengembangkan kecerdasan spiritual.
Pertama,
Sebagai orang tua dan
guru, kita harus memberikan pemahaman kepada anak akan arti dan makna akan
segala hal yang dialami anak. Kita harus ingat bahwa anak adalah penyontoh atau
peniru yang baik. Apapun yang terlihat dan terdengar oleh anak akan dengan
mudah ditirukan oleh si anak.
Kedua,
Kita harus membantu
anak untuk merumuskan misi hidupnya sebagai anak yang sholih dan sholihah.
Menurut Dr. M. Quraish Shihab, yang dimaksud sholih dan sholihah adalah;
Pertama, menjadi manusia yang sesuai dengan tujuan penciptaannya yaitu untuk
mengabdikan diri, menghambakan diri kepada sang Khaliq Allah SWT. Kedua,
menjadi khalifah di muka bumi yang membawa risalah kebenaran yang sesuai amar
ma’ruf nahi munkar.
Ketiga,
Membaca kitab suci
bersama-sama dan menjelaskan maknanya dalam kehidupan. Sudah banyak penelitian
yang membuktikan bahwa semenjak dalam kandungan pun anak sudah bisa merasakan
akan kehadiran sesuatu di luar dirinya dan anak sudah dapat mendengar. Oleh
karena itu, orang tua harus sesering mungkin untuk memperdengarkan
bacaan-bacaan yang bermanfaat bagi anak, terutama membaca al qur’an.
Keempat,
Menceritakan
kisah-kisah agung dari tokoh-tokoh spiritual. Anak-anak sangat menyukai
sifat-sifat “heroik” dan kepahlawanan dari diri orang lain. Maka dari itu akan
sangat baik untuk menceritakan kisah-kisah yang penuh semangat dan inspiratif
dari para pahlawan agama seperti kisah para rasul dan sahabat.
Kelima,
Menceritakan berbagai
persoalan dari segala perspektif. Mengajak anak berdiskusi dari dini merupakan
langkah awal yang baik untuk merangsang pola piker anak. Mereka akan terbiasa
dengan segala persoalan dan bagaimana cara pemecahannya.
Keenam,
Melibatkan anak-anak
dalam kegiatan-kegiatan ritual keagamaan. Ritual-ritual keagaaman adalah
rangkaian yang harus diperkenalkan oleh orang tua kepada anak, kendatipun semua
hanya ritual dan kegiatan-kegiatan keagamaan tetapi orang tua harus memberikan
pemahaman dan pemaknaan akan ritual tersebut, agar anak tidak merasa semua itu
hanya sebatas kebiasaan saja.
Ketujuh,
Membacakn puisi-puisi
atau lagu-lagu yang spiritualis dan inspirasional. Membacakan puisi atau
memperdengarkan lagu kepada anak tidak hanya untuk melengkapi pengetahuan
mereka tetapi juga akan mengasah bakat-bakat seni yang mereka miliki.
Kedelapan,
Membawa anak untuk
menikmati keindahan alam yang dapat dijadikan untuk pengenalan benda, warna,
dan seni kepada anak, dan tidak akalah pentingnya adalah memperkenalkan
kebesaran Tuahn akan keindahan ciptaan-Nya.
Kesembilan,
Membawa anak ke
tempat-tempat orang yang menderita. Ini adalah satu cara untuk mengajarkan
kepada anak untuk bersyukur atas nikmat dan kesempurnaan yang telah
diterimanya.
Kesepuluh,
Mengikutsertakan anak
dalam kegiatan-kegiatan sosial. Hal ini tidak jauh beda dengan hal di atas,
mengajarkan anak bersukur dan memupuk semangat kebersamaan anak dengan
nilai-nilai sosial, bagaimana anak terbiasa berbagai dengan sesama, peduli
dengan orang lain, dan lingkungannya.
Diringkas dari buku Mendidik SQ Anak
menurut Nabi Muhammad SAW
0 komentar:
Posting Komentar