Sabtu, 30 Januari 2016 | 18:46
Analisadaily (Medan) - Sejak tahun 2015, paradigma tentang Ujian Nasional perlahan mulai berubah, namun masih saja tetap ada praktik pembocoran kunci jawaban yang berseliweran di tengah berlangsungnya ujian.
Fenomena klasik itu agaknya harus disikapi dengan serius oleh seluruh elemen pendidikan baik internal maupun eksternal. Sebab jika tidak, niscaya keberlangsungan Ujian Nasional justru akan menciptakan nuansa ketidakjujuran dalam pola pikir generasi penerus bangsa.
Menurut Ketua Serikat Guru Indonesia (SeGi) Deli Serdang, Mansyur Hidayat Pasaribu, ada beberapa hal yang perlu dipahami terkait dengan penyelenggaraan UN tahun ini.
Pertama sekali menurutnya, harus ada kemauan dari semua pihak untuk menyelenggarakan UN yang bersih. Terlebih guru yang menjadi salah satu pilar penjaga moral bangsa, diharapkan agar jangan mau terjebak praktik amoral dengan membagikan kunci jawaban kepada seluruh peserta UN.
“Jika semua guru sepakat untuk tidak melibatkan diri dalam hal pembocoran kunci jawaban, kita punya harapan dengan manifestasi UN yang bersih,” ujarnya saat ditemui disela-sela sosialisasi konsep publikasi karya tulis ilmiah bagi guru ke dalam jurnal, Sabtu (30/1).
Lebih lanjut Mansyur berharap, pada pelaksanaan UN tahun ini agar tidak ada intervensi dari penguasa yang mengejar prestise dengan mengabaikan moralitas.
“Nilai tinggi dengan integritas tinggi itu memang baik. Namun jika cara mencapai nilai tinggi dengan merekayasa UN, itu tetap tidak bermoral karena ada instrumen indeks integritas yang akan menjadi rapor bagi sekolah. Mohon jangan menggadaikan moralitas untuk nama baik kepala daerah,” ucapnya.
Hal ketiga menurutnya yang harus diingat adalah, akan ada pemetaan yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yang berkenaan dengan pelaksanaan UN. Ia mencontohkan, UN di sekolah A rata-rata siswa mendapat nilai yang tinggi dan nilai ujian semester juga tinggi, sementara dalam radar pemerintah, ternyata nilai UKG sekolah bersangkutan justru berada di bawah rata-rata nasional.
“Itukan sama saja dengan mempermalukan diri sendiri, sebab dengan kompetensi guru yang rendah, mengapa nilai siswa-siswinya bisa sedemikian tinggi? Berarti indikasi praktik pembocoran semakin jelas,” tambah kandidat doktor di pasca sarjana Unimed ini.
Terakhir Mansyur mengingatkan jika ingin mendapat peta kualitas pendidikan, maka harus diterapkan praktik Ujian Nasional yang menjunjung tinggi kejujuran. Ditambahkannya, jika memang pemerintah tidak mampu membuat UN secara jujur, maka lebih baik ujian tersebut dihapuskan saja ke depannya.
Seperti diketahui, UN tahun 2016 akan digelar dalam tiga tahap seperti diumumkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.Ketiga UN tersebut masing-masing adalah UN Perbaikan tahun 2014/2015, UN Utama tahun pelajaran 2015/2016 dan UN Perbaikan tahun pelajaran 2016/2017. UN Perbaikan digelar untuk SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK tahun pelajaran 2014/2015 yang belum memperoleh nilai di atas 5,5, termasuk peserta didik yang berkeinginan memperbaiki UN pertama menurut jadwal Kemendikbud dilaksanakan pada 22 Februari 2016.
Kemudian untuk UN utama 2016/2017 akan dilaksanakan mulai 4 April 2016. Terakhir UN perbaikan tahun 2016 akan dilaksanakan awal Juni/September.
Referensi
0 komentar:
Posting Komentar